Rabu, 28 Agustus 2019

Teknik Lukis Trompe-l’œil


Escaping Criticism oleh Pere Borrell del Caso (1874)

Trompe-l’œil berasal dari frasa Prancis yang berarti "menipu mata", dengan asal kata tromper yang berarti menipu dan l'œil yang berarti mata. Secara istilah Trompe-l'œil berarti teknik lukisan yang melibatkan teknik dan perhitungan tinggi untuk menyajikan objek-objek di dalam lukisan agar mampu menghasilkan ilusi optis untuk menipu persepsi otak terhadap imaji (image). Ilusi optis adalah ilusi (pengamatan yang tidak sesuai dengan pengindraan) yang terjadi karena kesalahan penangkapan mata manusia. Ada anggapan konvensional bahwa ada ilusi yang bersifat fisiologis dan ada ilusi yang bersifat kognitif . Ilusi fisiologis adalah kesan gambar yang terjadi setelah melihat cahaya yang sangat terang atau melihat pola gambar tertentu dalam waktu lama. Ini diduga merupakan efek yang terjadi pada mata atau otak setelah mendapat rangsangan tertentu secara berlebihan. 


Ilusi jaring yang berbinar atau ilusi jaring Hermann. 
Titik-titik hitam pada pertemuan garis tampak dan menghilang dengan cepat.

Ilusi kognitif diasumsikan terjadi karena anggapan pikiran terhadap sesuatu di luar. Pada umumnya ilusi kognitif dibagi menjadi ilusi ambigu, ilusi distorsi, ilusi paradoks dan ilusi fiksional.
1.   Pada ilusi ambigu, gambar atau objek bisa ditafsirkan secara berlainan. Contohnya adalah: kubus Necker dan vas Rubin.
2.    Pada ilusi distorsi, terdapat distorsi ukuran, panjang atau sifat kurva (lurus lengkung). Contohnya adalah: ilusi dinding kafe dan ilusi Mueller -Lyer.
3. Ilusi paradoks disebabkan karena objek yang paradoksikal atau tidak mungkin, misalnya pada segitiga Penrose atau 'tangga yang mustahil', seperti misalnya terlihat pada karya seni grafis M C Escher, berjudul "Naik dan Turun" serta "Air Terjun".

4.  Ilusi fiksional didefinisikan sebagai persepsi terhadap objek yang sama sekali berbeda bagi seseorang tetapi bukan bagi orang lain, seperti disebabkan karena schizoprenia atau halusinogen. Ini lebih tepatnya disebut dengan halusinasi.
Kubus Necker adalah sebuah ilusi optis yang pertama kali dipubllikasikan pada tahun 1832 oleh seorang kristalograf dari Swiss, Louis Albert Necker.
Kubus Necker adalah gambar garis berbentuk kubus yang bersifat ambigu (mendua, bisa dilihat dengan dua persepsi). Gambar tersebut berupa kerangka kubus dalam perspektif isometrik, yang berarti bahwa sisi kubus yang sejajar digambar berupa garis sejajar. Ketika dua garis bersilangan, gambar tersebut tidak menunjukkan mana yang depan dan mana yang belakang. Ini menyebabkan gambar tersebut bersifat ambigu; bisa ditafsirkan dengan dua cara yang berbeda.
Dari gambar kubus Necker ini dikembangkan bentuk "kubus mustahil".


Ilusi dinding kafe adalah sebuah ilusi optis yang dideskripsikan pertama kali oleh Doktor Richard Gregory. Ia mengamati efek yang membuat penasaran ini pada dinding porselen sebuah kafe di St. Michael's Hill, Bristol. Ilusi optis tersebut membuat garis-garis horizontal yang sebenarnya sejajar terlihat berbelok-belok. Ilusi dibangun dengan memasang "ubin" gelap dan terang secara berselang seling. Kemudian, tiap-tiap "ubin" diberi sekat tipis yang merupakan hal penting dalam penciptaan ilusi ini (dalam gambar berwarna abu-abu), yang idealnya merupakan warna antara warna gelap dan terang dari "ubin".


Segitiga Penrose, juga dikenal dengan sebutan tribar, adalah sebuah objek mustahil. Pertama kali diciptakan oleh seniman Swedia, Oscar Reutersvärd pada tahun 1934. Kemudian dirancang secara berdiri sendiri dan dipopulerkan oleh matematikawan, Roger Penrose pada tahun 1950-an. Ia mendeskripsikannya sebagai "kemustahilan dalam bentuk termurni". Bentuk ini ditampilkan secara menyolok dalam karya seniman grafis, M.C. Escher, yang karya-karyanya sebagian terinspirasi oleh penggambaran awal dari objek mustahil semacam itu. Gambar tersebut tampak sebagai sebuah bangun ruang, yang terbuat dari tiga balok lurus dengan penampang silang berbentuk segi empat, di mana ujung-ujungnya saling bertemu membentuk segitiga. Pola bangun ruang tersebut sebenarnya tidak bisa direalisasikan dalam bentuk 3 dimensi. Meskipun begitu, memungkinkan untuk dibuat bentuk 3 dimensi yang tampak seperti pola tersebut, tetapi bila dilihat dari sudut pandang tertentu.

Di Indonesia, teknik seni lukis Trompe-l'œil ini lebih populer disebut dengan lukisan 3 dimensi.

Sejarah
Istilah Trompe-l'œil ini baru muncul pada periode Barok (Dalam seni, Barok adalah istilah untuk suatu periode seni dan gaya seni yang mendominasinya. Gaya Barok menggunakan gerak yang dilebih-lebihkan dan detail yang jelas dan mudah ditafsirkan untuk menghasilkan drama, ketegangan, semangat yang hidup dan keagungan dalam seni patung, lukisan, sastra, dan musik. Gaya ini dimulai sekitar 1600 di Roma, Italia dan menyebar ke sebagian besar wilayah Eropa. Dalam musik, gaya Barok dikenakan pada periode akhir dari dominasi kontrapung yang imitatif). Kontrapung (bahasa Inggris: counterpoint, bahasa Belanda: kontrapunt) adalah salah satu teori musik yang mengajarkan seni susunan melodi banyak (polifoni) lahir sebelum dan pada Era Barok (1600-1750), yang berpuncak dengan karya Johann Sebastian Bach (1685-1750). Penggunaan teknik trompe-l'œil sebenarnya telah terjadi jauh sebelum era Barok (Nama ini diadaptasi dari kata sifat dalam bahasa Prancis yang diambil dari kata benda bahasa Portugis "barroco"). Biasanya teknik ini dipakai pada mural, sebagai contohnya di reruntuhan kota Pompeii. Contoh-contoh yang klise dari trompe-l'œil adalah jendela, pintu, atau koridor tiruan yang dimaksudkan menciptakan ilusi ruangan yang luas.
Dengan pemahaman yang sudah sangat dalam tentang perspektif pada masa Renaisans, pelukis sangat sering menambahkan teknik trompe-l'œil ke dalam lukisan mereka, untuk merusak batas antara imaji dan kenyataan. (Imaji diambil dari bahasa Inggris: image, yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu Citra. Citra adalah kombinasi antara titik, garis, bidang, dan warna untuk menciptakan suatu imitasi dari suatu objek, biasanya objek fisik atau manusia. Citra bisa berwujud gambar (picture) dua dimensi, seperti lukisan, foto, dan berwujud tiga dimensi, seperti patung). Dengan menggunakan teknik trompe-l’oeil  seekor lalat bisa saja terlihat menempel di atas bingkai lukisan, sehelai kertas terlihat menempel di atas papan tulis, atau orang yang terlihat menggapai lukisan.

Lukisan Andrea Pozzo di langit-langit gereja St. Ignazio.

Interior dari gereja Jesuit di bagian langit-langit sering memperlihatkan lukisan dengan teknik trompe-l'œil, lukisan itu dibuat pada periode mannerisme (Kata Mannerisme berasal dari kata Italia maniera yang berarti gaya. Kata ini merujuk kepada sentuhan personal seniman pencipta karya. Kata mannerisme digunakan oleh ahli sejarah seni sejak Perang Dunia I seperti Heinrich Wölfflin untuk menjelaskan gejala seni di Italia pada abad 16. Mannerism adalah gaya seni rupa, terutama seni lukis, yang berkembang setelah peristiwa jatuhnya kota Roma pada tahun 1527 sesaat setelah munculnya masa High Renaissance. Mannerisme memperlihatkan sisi individual seniman, di samping juga pengaruh seni klasik Roma dan Mannerisme digunakan untuk menjelaskan gaya seni pada rentang waktu 1530 sampai 1580 yang memperlihatkan lukisan-lukisan dengan proporsi tubuh seperti ditarik memanjang, beberapa deformasi bentuk, dan pose-pose janggal dengan tujuan menciptakan dramatisasi). Lukisan-lukisan ini biasanya memperlihatkan usaha anamorphosis (Anamorfisme berarti penyajian perspektif atau proyeksi yang terdistorsi. Lebih khusus istilah ini mengacu kepada imaji yang terdistorsi sedemikian rupa hingga hanya akan terlihat normal jika dilihat dari sudut tertentu) dari dasar gereja menuju langit untuk memperlihatkan proses pengangkatan Yesus atau Bunda Maria.

Painter with a Pipe and Book oleh Gerard Dou (c.1654)

Trompe-l'œil juga bisa ditemukan di berbagai furnitur, seperti meja ataupun kursi, seperti misalnya kartu permainan yang bisa terlihat sangat nyata di atas meja.
Teknik ini diperkenalkan kembali di Amerika Serikat pada abad 19 oleh pelukis William Harnett. Pada abad 20, Richard Haas membuat mural dengan pemanfaatan teknik trompe l'œil di kota-kota Amerika.
Di dalam film animasi, teknik trompe-l'œil sering ditemukan dalam Looney Tunes. Misalnya di dalam Road Runner, Wile E . Coyote menggambarkan terowongan palsu tetapi Road Runner selalu berhasil berlari menembusnya. Saat Coyote dengan bodoh mengikuti Road Runner, ia malah menabrak lukisan tersebut.

Mural di Schwetzingen, Germany

Mural di Lyon, France

Tidak ada komentar:

Posting Komentar