Les Casseurs de pierres, 1849 (Gustave Courbet)
Realisme di dalam
seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana tampil
dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi
tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa untuk
memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun.
Realisme adalah
aliran seni yang mengangkat peristiwa keseharian yang dialami oleh orang
kebanyakan. Istilah realisme pada aliran
ini bukan merujuk pada tingkat kemiripan atau keakuratan gambar lukisan dengan
referensinya. Aliran yang mengusung ide tersebut disebut Naturalisme. Tema
dan wacana-nya yang realistik, bukan gambarnya. Meskipun gambar yang realistis
(naturalis tepatnya) sejalan dengan ide penggambaran realistis yang ingin
dicapai oleh pergerakan ini.
Pembahasan realisme
dalam seni rupa bisa pula mengacu kepada gerakan kebudayaan yang bermula di
Prancis pada pertengahan abad 19. Namun karya dengan ide realisme sebenarnya
sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di kota Lothal, yang sekarang lebih
dikenal dengan nama India.
Di Indonesia kata
realistik terlalu identik dengan gaya menggambar yang mirip dengan referensi
aslinya. Dalam KBBI, realisme sendiri diartikan sebagai aliran kesenian yang
berusaha melukiskan atau menceritakan sesuatu sebagaimana kenyataannya (KBBI,
2016). Ketika kita berusaha meniru referensi semirip mungkin, kita sedang
berusaha untuk menciptakan lukisan yang sealamiah mungkin (natural) mirip
dengan aslinya, menirukan alam. Maka dari itu, istilah yang lebih sesuai untuk
hal tersebut sebetulnya naturalis, bukan realis.
Beberapa ahli
berpendapat bahwa realisme adalah gerakan seni modern yang pertama. Karena
realisme dinilai telah menolak bentuk tradisional seni dan lembaganya yang
dianggap sudah tidak relevan di era Revolusi Industri. Realisme muncul di era
distruptif, ditandai dengan revolusi industri yang melaju pesat dan
menghasilkan perubahan sosial yang luas.
Realisme
sebagai gerakan kebudayaan
Realisme menjadi
terkenal sebagai gerakan kebudayaan di Prancis sebagai reaksi terhadap paham
Romantisme yang telah mapan di pertengahan abad 19. Gerakan ini biasanya
berhubungan erat dengan perjuangan sosial, reformasi politik, dan demokrasi.
Realisme kemudian mendominasi dunia
seni rupa dan sastra di Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat di sekitar tahun
1840 hingga 1880. Penganut sastra realisme dari Prancis meliputi nama Honoré de
Balzac dan Stendhal. Sementara seniman realis yang terkenal adalah Gustave
Courbet dan Jean François Millet.
Realisme
dalam seni rupa
Perupa realis
selalu berusaha menampilkan kehidupan sehari-hari dari karakter, suasana,
dilema, dan objek, untuk mencapai tujuan Verisimilitude (sangat hidup). Perupa
realis cenderung mengabaikan drama-drama teatrikal, subjek-subjek yang tampil
dalam ruang yang terlalu luas, dan bentuk-bentuk klasik lainnya yang telah
lebih dahulu populer saat itu.
Dalam pengertian
lebih luas, usaha realisme akan selalu terjadi setiap kali perupa berusaha
mengamati dan meniru bentuk-bentuk di alam secara akurat. Sebagai contoh,
pelukis foto pada zaman renaisans, Giotto bisa dikategorikan sebagai perupa
dengan karya realis, karena karyanya telah dengan lebih baik meniru penampilan
fisik dan volume benda lebih baik daripada yang telah diusahakan sejak zaman
Gothic.
Kejujuran dalam
menampilkan setiap detail objek terlihat pula dari karya-karya Rembrandt yang
dikenal sebagai salah satu perupa realis terbaik. Kemudian pada abad 19, sebuah
kelompok di Prancis yang dikenal dengan nama Barbizon School memusatkan
pengamatan lebih dekat kepada alam, yag kemudian membuka jalan bagi
berkembangnya impresionisme. Di Inggris, kelompok Pre-Raphaelite Brotherhood
menolak idealisme pengikut Raphael yang kemudian membawa kepada pendekatan yang
lebih intens terhadap realisme. Teknik Trompe
l'oeil, adalah teknik seni rupa yang secara ekstrem memperlihatkan usaha
perupa untuk menghadirkan konsep realisme.
Royal Academy of Painting and Sculpture
telah mendominasi sirkulasi produk kesenian di Prancis selama hampir dua abad.
Prancis adalah kebudayaan seni yang paling unggul di dunia pada masa itu.
Berasumsi untuk menjaga keunggulannya, Akademi Seni Prancis menetapkan
standar-standar tertentu untuk karya seni di seluruh Eropa. Salah satu caranya
adalah dengan memberikan berbagai pelatihan untuk para seniman muda berbakat.
Selain itu akademi ini juga mengkurasi dan memilah karya yang layak
dipamerankan di galeri The Paris Salon.
Akademi menetapkan
tema yang diambil dari mitologi klasik, Alkitab, literatur, atau sejarah
manusia sebagai tema terbaik. Hanya sebagian kecil pelukis ternama yang
diizinkan melukis dalam genre ini, dan karya mereka adalah karya yang paling di
angkat oleh Akademi. Genre juga dijadikan tolak ukur untuk melakukan penilaian.
Potret Tokoh Penting dan kelas atas diangap menjadi genre yang paling baik.
Disusul oleh lukisan Pemandangan dan Still Life (Benda mati seperti: Ceret,
makanan, dsb).
Seiring berjalannya
waktu, Akademi dianggap semakin tidak mampu untuk mengakomodir keadaan zamannya
oleh sebagian seniman. Sebagian seniman merasa berbagai standar yang ditentukan
oleh Akademi tersebut terlalu kaku untuk zaman modern. Tema yang ditentukan
terlalu pilih kasih dan di nilai tidak adil untuk semua kalangan manusia.
Maka, munculah para
pelukis Realisme yang menggantikan gambaran idealistik dari seni tradisional
dengan peristiwa keseharian di kehidupan nyata. Mengangkat masyarakat biasa
untuk mendapatkan bobot yang sama dengan kasta atas. Keinginan para realis
untuk mengangkat kehidupan sehari-hari ke dalam kanvas adalah manifestasi awal
keinginan avant garde untuk menghubungkan seni pada kehidupan masyarakat umum.
Ciri
Aliran Realisme
1. Mengangkat
peristiwa keseharian yang dialami oleh orang kebanyakan
2. Menggambarkan
masyarakat dan situasi kontemporer yang nyata dan khas dengan lingkungan
keadaan sehari-harinya
3. Karya
realis menggambarkan manusia dari semua kelas dalam situasi dan kondisi
aslinya.
4. Realisme
tidak setuju terhadap subjek seni yang dibesar-besarkan (dramatis) ala
Romantisisme.
5. Memiliki
detail gambar yang menyerupai aslinya (natural) melalui teknik tinggi yang
dikuasai oleh pelukisnya.
6. Tidak
menutupi kehidupan rakyat sederhana yang tidak memiliki rumah mewah atau
pakaian mahal seperti kaum bangsawan.
7. Objektif
terhadap kaum atas, dalam artian tidak hanya kebaikannya saja yang
diperlihatkan, Misalnya: mengangkat peristiwa tragisnya perang yang hasilkan
oleh permainan politik kelas atas, melalui penggambaran pion-pion kecil
dibawahnya.
Tokoh
Penting & Contoh Lukisan Aliran Realisme
1. Gustave Courbet
Gustave Courbet
adalah salah satu pencetus munculnya aliran seni rupa Realisme di pertengahan
abad ke-19. Ia menolak gaya klasik dan dominasi Akademi Seni di Prancis.
Karyanya berfokus pada realitas fisik benda-benda yang dia amati walaupun
kenyataan itu dinilai tidak indah dan memiliki muatan yang dianggap terlalu
kontras.
Jean Désiré Gustave Courbet (bahasa Prancis: [ɡystav kuʁbɛ]; lahir 10 Juni 1819 – meninggal 31 Desember 1877 pada umur 58 tahun) adalah seorang pelukis asal Prancis yang memimpin gerakan Realisme dalam lukisan Prancis abad ke-19. Berkomitmen untuk hanya melukis apa yang dapat ia lihat, ia menolak konvensi akademik dan Romantisisme dari generasi para artis seni rupa pada masa sebelumnya. Independensiannya menghimpun contoh yang mempengaruhi kalangan artis pada masa berikutnya, seperti Impresionis dan Kubistis.
A Burial at Ornans (Gustave Courbet)
Sebagai contoh
utama Realisme, lukisan itu berdasar kepada fakta-fakta penguburan nyata dan
menghindari konotasi spiritual yang dilebih-lebihkan. Courbet memberikan
penekanan pergantian cahaya pada lukisan untuk menekankan bahwa kehidupan itu
tidak abadi (hari berganti sore ke malam, dst). Sementara tenggelamnya matahari
dapat menjadi simbol untuk transisi besar dari ketidakabadian manusia menuju
keabadian di alam sana.
Beberapa kritikus di masa lalu melihat kepatuhan terhadap fakta-fakta
dari kematian sebagai penghinaan agama. Karena pada masa itu melukiskan tema kematian
lazimnya adalah dengan menggunakan Alegori dari riwayat manusia dan kisah yang
terdapat di Alkitab. Melukiskan prosesi pemakan seperti ini masih dianggap
kontroversial pada masanya.
2. Jean-Francois Millet
Jean-Francois
Millet adalah seorang pelukis Prancis dan salah satu pendiri sekolah Barbizon
di pedesaan Prancis. Millet adalah sosok seniman yang memiliki sikap hidup
sederhana, berbeda dengan tipikal Seniman lain di zamannya. Dia selalu tertarik
untuk menggambarkan kebajikan dari pekerjaan fisik yang dilakukan oleh
masyarakat biasa. Millet terkenal melalui peristiwa dan adegan para petani yang
sedang bekerja di perkebunan. Ia juga dikenal sering menyelipkan sub-teks
(konotasi) pesan relijius yang sering menyertai lukisannya.
Millet berkesenian
di tengah iklim politik kasta yang tengah bergejolak di Prancis. Karyanya
kurang diterima oleh sebagian kaum atas namun mendapat apresiasi yang baik dari
masyarakat biasa dan beberapa kritikus. Millet secara implisit merayakan
‘kebangsawan’ kelas petani dalam karyanya yang membuatnya menjadi sorotan kaum
elitis yang kurang menyukai pergerakannya.
The Potato Harvest (Jean-Francois Millet)
Millet
menggambarkan para petani kentang dalam salah satu adegan keseharian mereka
ketika sedang bekerja. Lukisan ini menunjukan betapa kerasnya pekerjaan yang
meraka lakukan untuk bertahan hidup. Adengan yang diambil spesifiknya adalah
ketika para petani sedang memanen kentang. Mereka tidak berhenti bekerja hingga
matahari mulai tenggelam. Millet mengangkat harkat derajat kaum petani sebagai
fondasi dari kehidupan sosial yang langsung berhubungan dengan kebutuhan utama
manusia, yaitu bahan makanan.
3. Edouard Manet
Edouard Manet
adalah seorang pelukis yang berasal dari Perancis, ia adalah salah satu seniman
yang pioner melukis kehidupan modern. Manet merupakan sosok penting dalam
transisi dari Realisme ke Impresionisme. Ia bergerak dan melukis bersama para
Impresionis namun menolak menggunakan teknik yang serupa. Lahir di keluarga
kelas atas dengan koneksi politik yang kuat, Manet ‘menolak’ prospek masa depan
yang cerah dari keluarganya dan memilih bergelut dengan dunia seni.
A
Bar at the Folies Bergeret (Edouard Manet)
Manet menggambarkan suasana keseharian
di Bar tempat ia biasa bercengkrama sambil menggambar atau melukis dengan
beberapa temannya. Ia memilih subjek sehari-hari yang selama itu tidak pernah
diangkat karena dinilai tabu. Pada lukisan ini Manet sengaja menambahkan sosok
Pria di bagian cermin Bar. Karakter tersebut seharusnya tidak tersorot jika
menggunakan perspektif yang akurat. Namun dengan menambahkan sosok tersebut
karyanya menjadi enigmatik dan memberikan pertanyaan Apakah sebetulnya sosok
tersebut sebetulnya tidak ada? dan hanya ada dipikiran model wanitanya saja?
Permainan perspektif yang sengaja sedikit dimainkan dan tidak akurat pada
lukisan ini adalah salah satu alasan mengapa ia disebut-sebut sebagai salah
satu Bapak Seni Modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar