Kamis, 29 Agustus 2019

Gerakan Seni Rupa: Realisme

Les Casseurs de pierres, 1849 (Gustave Courbet)

Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa untuk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun.
Realisme adalah aliran seni yang mengangkat peristiwa keseharian yang dialami oleh orang kebanyakan. Istilah realisme pada aliran ini bukan merujuk pada tingkat kemiripan atau keakuratan gambar lukisan dengan referensinya. Aliran yang mengusung ide tersebut disebut Naturalisme. Tema dan wacana-nya yang realistik, bukan gambarnya. Meskipun gambar yang realistis (naturalis tepatnya) sejalan dengan ide penggambaran realistis yang ingin dicapai oleh pergerakan ini.
Pembahasan realisme dalam seni rupa bisa pula mengacu kepada gerakan kebudayaan yang bermula di Prancis pada pertengahan abad 19. Namun karya dengan ide realisme sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di kota Lothal, yang sekarang lebih dikenal dengan nama India.
Di Indonesia kata realistik terlalu identik dengan gaya menggambar yang mirip dengan referensi aslinya. Dalam KBBI, realisme sendiri diartikan sebagai aliran kesenian yang berusaha melukiskan atau menceritakan sesuatu sebagaimana kenyataannya (KBBI, 2016). Ketika kita berusaha meniru referensi semirip mungkin, kita sedang berusaha untuk menciptakan lukisan yang sealamiah mungkin (natural) mirip dengan aslinya, menirukan alam. Maka dari itu, istilah yang lebih sesuai untuk hal tersebut sebetulnya naturalis, bukan realis.
Beberapa ahli berpendapat bahwa realisme adalah gerakan seni modern yang pertama. Karena realisme dinilai telah menolak bentuk tradisional seni dan lembaganya yang dianggap sudah tidak relevan di era Revolusi Industri. Realisme muncul di era distruptif, ditandai dengan revolusi industri yang melaju pesat dan menghasilkan perubahan sosial yang luas.

Realisme sebagai gerakan kebudayaan
Realisme menjadi terkenal sebagai gerakan kebudayaan di Prancis sebagai reaksi terhadap paham Romantisme yang telah mapan di pertengahan abad 19. Gerakan ini biasanya berhubungan erat dengan perjuangan sosial, reformasi politik, dan demokrasi.
Realisme kemudian mendominasi dunia seni rupa dan sastra di Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat di sekitar tahun 1840 hingga 1880. Penganut sastra realisme dari Prancis meliputi nama Honoré de Balzac dan Stendhal. Sementara seniman realis yang terkenal adalah Gustave Courbet dan Jean François Millet.

Realisme dalam seni rupa
Perupa realis selalu berusaha menampilkan kehidupan sehari-hari dari karakter, suasana, dilema, dan objek, untuk mencapai tujuan Verisimilitude (sangat hidup). Perupa realis cenderung mengabaikan drama-drama teatrikal, subjek-subjek yang tampil dalam ruang yang terlalu luas, dan bentuk-bentuk klasik lainnya yang telah lebih dahulu populer saat itu.
Dalam pengertian lebih luas, usaha realisme akan selalu terjadi setiap kali perupa berusaha mengamati dan meniru bentuk-bentuk di alam secara akurat. Sebagai contoh, pelukis foto pada zaman renaisans, Giotto bisa dikategorikan sebagai perupa dengan karya realis, karena karyanya telah dengan lebih baik meniru penampilan fisik dan volume benda lebih baik daripada yang telah diusahakan sejak zaman Gothic.
Kejujuran dalam menampilkan setiap detail objek terlihat pula dari karya-karya Rembrandt yang dikenal sebagai salah satu perupa realis terbaik. Kemudian pada abad 19, sebuah kelompok di Prancis yang dikenal dengan nama Barbizon School memusatkan pengamatan lebih dekat kepada alam, yag kemudian membuka jalan bagi berkembangnya impresionisme. Di Inggris, kelompok Pre-Raphaelite Brotherhood menolak idealisme pengikut Raphael yang kemudian membawa kepada pendekatan yang lebih intens terhadap realisme. Teknik Trompe l'oeil, adalah teknik seni rupa yang secara ekstrem memperlihatkan usaha perupa untuk menghadirkan konsep realisme.
Royal Academy of Painting and Sculpture telah mendominasi sirkulasi produk kesenian di Prancis selama hampir dua abad. Prancis adalah kebudayaan seni yang paling unggul di dunia pada masa itu. Berasumsi untuk menjaga keunggulannya, Akademi Seni Prancis menetapkan standar-standar tertentu untuk karya seni di seluruh Eropa. Salah satu caranya adalah dengan memberikan berbagai pelatihan untuk para seniman muda berbakat. Selain itu akademi ini juga mengkurasi dan memilah karya yang layak dipamerankan di galeri The Paris Salon.
Akademi menetapkan tema yang diambil dari mitologi klasik, Alkitab, literatur, atau sejarah manusia sebagai tema terbaik. Hanya sebagian kecil pelukis ternama yang diizinkan melukis dalam genre ini, dan karya mereka adalah karya yang paling di angkat oleh Akademi. Genre juga dijadikan tolak ukur untuk melakukan penilaian. Potret Tokoh Penting dan kelas atas diangap menjadi genre yang paling baik. Disusul oleh lukisan Pemandangan dan Still Life (Benda mati seperti: Ceret, makanan, dsb).
Seiring berjalannya waktu, Akademi dianggap semakin tidak mampu untuk mengakomodir keadaan zamannya oleh sebagian seniman. Sebagian seniman merasa berbagai standar yang ditentukan oleh Akademi tersebut terlalu kaku untuk zaman modern. Tema yang ditentukan terlalu pilih kasih dan di nilai tidak adil untuk semua kalangan manusia.
Maka, munculah para pelukis Realisme yang menggantikan gambaran idealistik dari seni tradisional dengan peristiwa keseharian di kehidupan nyata. Mengangkat masyarakat biasa untuk mendapatkan bobot yang sama dengan kasta atas. Keinginan para realis untuk mengangkat kehidupan sehari-hari ke dalam kanvas adalah manifestasi awal keinginan avant garde untuk menghubungkan seni pada kehidupan masyarakat umum.

Ciri Aliran Realisme
1.  Mengangkat peristiwa keseharian yang dialami oleh orang kebanyakan
2. Menggambarkan masyarakat dan situasi kontemporer yang nyata dan khas dengan lingkungan keadaan sehari-harinya
3. Karya realis menggambarkan manusia dari semua kelas dalam situasi dan kondisi aslinya.
4. Realisme tidak setuju terhadap subjek seni yang dibesar-besarkan (dramatis) ala Romantisisme.
5. Memiliki detail gambar yang menyerupai aslinya (natural) melalui teknik tinggi yang dikuasai oleh pelukisnya.
6. Tidak menutupi kehidupan rakyat sederhana yang tidak memiliki rumah mewah atau pakaian mahal seperti kaum bangsawan.
7. Objektif terhadap kaum atas, dalam artian tidak hanya kebaikannya saja yang diperlihatkan, Misalnya: mengangkat peristiwa tragisnya perang yang hasilkan oleh permainan politik kelas atas, melalui penggambaran pion-pion kecil dibawahnya.

Tokoh Penting & Contoh Lukisan Aliran Realisme

1.  Gustave Courbet
Gustave Courbet adalah salah satu pencetus munculnya aliran seni rupa Realisme di pertengahan abad ke-19. Ia menolak gaya klasik dan dominasi Akademi Seni di Prancis. Karyanya berfokus pada realitas fisik benda-benda yang dia amati walaupun kenyataan itu dinilai tidak indah dan memiliki muatan yang dianggap terlalu kontras.

Jean Désiré Gustave Courbet (bahasa Prancis: [ɡystav kuʁbɛ]; lahir 10 Juni 1819 – meninggal 31 Desember 1877 pada umur 58 tahun) adalah seorang pelukis asal Prancis yang memimpin gerakan Realisme dalam lukisan Prancis abad ke-19. Berkomitmen untuk hanya melukis apa yang dapat ia lihat, ia menolak konvensi akademik dan Romantisisme dari generasi para artis seni rupa pada masa sebelumnya. Independensiannya menghimpun contoh yang mempengaruhi kalangan artis pada masa berikutnya, seperti Impresionis dan Kubistis.

Courbet melihat Realisme sebagai sarana untuk memperjuangkan hak-hak kaum tani dan rakyat biasa di negaranya. Courbet juga telah lama terkenal karena tanggapannya yang berani terhadap pergolakan politik di Prancis. Para keritikus menilai karyanya sebagai pengaruh penting dalam memicu para seniman modern awal lainnya seperti Edouard Manet dan Claude Monet.


A Burial at Ornans (Gustave Courbet)

Sebagai contoh utama Realisme, lukisan itu berdasar kepada fakta-fakta penguburan nyata dan menghindari konotasi spiritual yang dilebih-lebihkan. Courbet memberikan penekanan pergantian cahaya pada lukisan untuk menekankan bahwa kehidupan itu tidak abadi (hari berganti sore ke malam, dst). Sementara tenggelamnya matahari dapat menjadi simbol untuk transisi besar dari ketidakabadian manusia menuju keabadian di alam sana.
Beberapa kritikus di masa lalu melihat kepatuhan terhadap fakta-fakta dari kematian sebagai penghinaan agama. Karena pada masa itu melukiskan tema kematian lazimnya adalah dengan menggunakan Alegori dari riwayat manusia dan kisah yang terdapat di Alkitab. Melukiskan prosesi pemakan seperti ini masih dianggap kontroversial pada masanya.


2.  Jean-Francois Millet
Jean-Francois Millet adalah seorang pelukis Prancis dan salah satu pendiri sekolah Barbizon di pedesaan Prancis. Millet adalah sosok seniman yang memiliki sikap hidup sederhana, berbeda dengan tipikal Seniman lain di zamannya. Dia selalu tertarik untuk menggambarkan kebajikan dari pekerjaan fisik yang dilakukan oleh masyarakat biasa. Millet terkenal melalui peristiwa dan adegan para petani yang sedang bekerja di perkebunan. Ia juga dikenal sering menyelipkan sub-teks (konotasi) pesan relijius yang sering menyertai lukisannya.
Millet berkesenian di tengah iklim politik kasta yang tengah bergejolak di Prancis. Karyanya kurang diterima oleh sebagian kaum atas namun mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat biasa dan beberapa kritikus. Millet secara implisit merayakan ‘kebangsawan’ kelas petani dalam karyanya yang membuatnya menjadi sorotan kaum elitis yang kurang menyukai pergerakannya.

The Potato Harvest (Jean-Francois Millet)

Millet menggambarkan para petani kentang dalam salah satu adegan keseharian mereka ketika sedang bekerja. Lukisan ini menunjukan betapa kerasnya pekerjaan yang meraka lakukan untuk bertahan hidup. Adengan yang diambil spesifiknya adalah ketika para petani sedang memanen kentang. Mereka tidak berhenti bekerja hingga matahari mulai tenggelam. Millet mengangkat harkat derajat kaum petani sebagai fondasi dari kehidupan sosial yang langsung berhubungan dengan kebutuhan utama manusia, yaitu bahan makanan.


3.  Edouard Manet
Edouard Manet adalah seorang pelukis yang berasal dari Perancis, ia adalah salah satu seniman yang pioner melukis kehidupan modern. Manet merupakan sosok penting dalam transisi dari Realisme ke Impresionisme. Ia bergerak dan melukis bersama para Impresionis namun menolak menggunakan teknik yang serupa. Lahir di keluarga kelas atas dengan koneksi politik yang kuat, Manet ‘menolak’ prospek masa depan yang cerah dari keluarganya dan memilih bergelut dengan dunia seni.

A Bar at the Folies Bergeret (Edouard Manet)


Manet menggambarkan suasana keseharian di Bar tempat ia biasa bercengkrama sambil menggambar atau melukis dengan beberapa temannya. Ia memilih subjek sehari-hari yang selama itu tidak pernah diangkat karena dinilai tabu. Pada lukisan ini Manet sengaja menambahkan sosok Pria di bagian cermin Bar. Karakter tersebut seharusnya tidak tersorot jika menggunakan perspektif yang akurat. Namun dengan menambahkan sosok tersebut karyanya menjadi enigmatik dan memberikan pertanyaan Apakah sebetulnya sosok tersebut sebetulnya tidak ada? dan hanya ada dipikiran model wanitanya saja? Permainan perspektif yang sengaja sedikit dimainkan dan tidak akurat pada lukisan ini adalah salah satu alasan mengapa ia disebut-sebut sebagai salah satu Bapak Seni Modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar