Notasi
Musik
Nada tidak dapat
dilihat atau diperlihatkan (diindra oleh mata manusia), tetapi dapat didengar
ataupun diperdengarkan. Nada adalah tinggi rendahnya bunyi atau suara. Untuk
menuliskan nada, digunakan notasi (simbol). Dalam kamus musik (Pono Banoe)
dijelaskan bahwa notasi adalah lambang atau tulisan musik, pada dasarnya notasi
menukiskan dua sifat nada, yaitu tinggi rendah dan panjang pendek.
1. Not
Angka
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian not adalah tanda nada yang tentu
pada musik; bunyi musik dengan frekuensi dasar tertentu; titi nada.
Not angka adalah not yang dilambangkan
dengan angka, yaitu: 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6 (la), 7 (si / ti).
Notasi angka lebih cocok dipakai dalam pembelajaran vokal (menyanyi).
2. Notasi
Huruf
Notasi huruf
merupakan notasi paling mudah yang didasarkan pada bunyi nadanya. Membaca
notasi melodi dengan do re mi fa so la si do. Notasi ini dikemukakan oleh John
Curwen (1816 – 1880). Contoh notasi yaitu 1 (d), 2 (r), 3 (m), 4 (f), 5 (s), 6
(l), 7 (t). Tanda panjang lanjutan not disimbolkan — (d –). Sedangkan tanda
diam disimbolkan o.
3. Not
Balok
Not balok berasal
dari pengaruh bahasa Belanda: noten balk,
yaitu notasi musik yang menggunakan lima garis horizontal untuk menempatkan
titi nada. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian Not
balok adalah not yang tidak dilambangkan dengan angka, melainkan dengan garis,
bulatan, dan tanda lain.
Notasi balok
merupakan standar yang digunakan dalam penulisan notasi musik. Setiap nada
mempunyai frekuensi yang berbeda, sehingga penempatan posisi not pada garis
paranada dilakukan berdasarkan tinggi-rendahnya nada tersebut. Notasi balok
disebut juga notasi mutlak karena mempunyai patokan tinggi nada yang tetap (a =
440 Hz) sehingga sangat efektif digunakan dalam bermain musik. Bagian-bagian
notasi balok dibagi menjadi tiga, yaitu bendera, tangkai, dan kepala.
A. Bentuk dan nilai not
Penulisan notasi
balok diletakkan pada tempat not yang disebut garis paranada. Garis paranada
terdiri atas lima buah garis sejajar yang sama panjangnya. Jaraknya bernomor
dari bawah ke atas, yaitu 1, 2, 3, 4, 5. Selang atau jarak antara dua buah
garis notasi disebut spasi.
Tempat dan tinggi setiap nada yang terletak pada garis paranada tetap dan tidak dapat diubah-ubah.
Tempat dan tinggi setiap nada yang terletak pada garis paranada tetap dan tidak dapat diubah-ubah.
Cara penulisan notasi balok pada garis
paranada adalah sebagai berikut
1. Bagian kepala notasi miring ke kanan
atas.
Contoh:
2. Arah tiang tegak lurus dua setengah spasi.
Contoh:
3. Notasi di bawah garis ketiga, arah tiang ke atas, dan notasi di atas garis ketiga, arah tiang ke bawah.
Contoh:
4. Notasi pada garis ketiga, arah tiang boleh ke bawah atau ke atas.
Contoh:
5. Bendera notasi, baik tangkai ke atas maupun ke bawah selalu ke arah kanan dengan panjang kurang lebih dua spasi.
Contoh:
6. Beberapa nada dalam satu ketuk benderanya dapat disatukan jika masih dalam satu birama.
Contoh:
7. Apabila garis paranada tidak cukup, dapat menambah garis bantu (garis penolong).
Contoh:
Titik di belakang notasi gunanya untuk memperpanjang notasi. Nilai titik adalah setengah dari notasi di depannya.
B. Bentuk dan Nilai Tanda Diam
Tanda diam adalah lambang yang menyatakan berapa lama harus berhenti atau beristirahat. Di bawah ini disajikan bentuk nilai dan letak tanda diam dalam garis paranada.
4. Tanda Kunci
Kunci merupakan tanda yang digunakan pada garis paranada untuk menunjukkan letak titinada. Tanda kunci ada tiga macam, yaitu kunci G, kunci C, dan kunci F.
a. Kunci G (Kunci Biola)
Kunci G adalah tanda yang menunjukkan nada g pada garis kedua dari paranada. Kunci G biasanya digunakan untuk menuliskan nada-nada tinggi. Kunci G disebut kunci diskan atau kunci biola. Letak nada dengan kunci G adalah sebagai berikut:
b. Kunci C (Kunci Alto)
Dalam praktik musik, kunci C jarang dipakai. Kunci C dipakai pada alat musik tertentu yang bersuara sedang, misalnya biola alto. Letak nada dengan kunci C adalah sebagai berikut:
c. Kunci F
Kunci F adalah tanda yang menunjukkan nada f pada garis keempat dari paranada. Kunci F biasanya digunakan untuk menuliskan nada-nada rendah. Oleh karena itu, kunci F disebut kunci bas. Letak nada-nada dengan kunci F adalah sebagai berikut:
5. Melodi
Melodi adalah rangkaian sejumlah nada atau bunyi berdasarkan perbedaan tinggi rendah atau naik turunnya. Melodi merupakan bentuk ungkapan penuh atau hanya penggalan ungkapan nada. Setiap musik daerah mempunyai melodi berbeda-beda sesuai dengan karakter dan laras yang digunakan. Melodi yang baik adalah melodi yang intervalnya dapat terjangkau oleh register setiap alat musik atau suara manusia, artinya tidak terlalu rendah dan tinggi.
6. Ritme/Irama
Ritme/irama adalah gerak teratur karena munculnya aksen secara tetap. Keindahan irama lebih terasa karena adanya jalinan perbedaan nilai dari satuan-satuan bunyi. Ritme merupakan aliran ketukan dasar yang teratur mengikuti beberapa variasi gerak melodi. Ritme dapat kita rasakan dengan mendengarkan lagu secara berulang-ulang. Pola irama musik memberikan perasaan ritmis karena pada hakikatnya irama adalah yang menggerakkan perasaan yang erat hubungannya dengan gerak fisik. Setiap ragam musik daerah menghasilkan pola irama dan warna yang berbeda sehingga kita mengenal berbagai macam irama, seperti irama gamelan, Melayu, gambus, dan Maluku.
7. Harmoni
Harmoni adalah keselarasan paduan bunyi. Secara teknis, harmoni meliputi susunan, peranan, dan hubungan dari sebuah paduan bunyi dengan bentuk keseluruhan. Harmoni memiliki elemen interval dan akor. Akor adalah susunan nada apabila dibunyikan secara serentak akan terdengar harmonis. Akor mengiringi melodi lagu sebagai satu kegiatan yang utuh dan enak didengar. Jadi, melodi memenuhi aspek musik secara horizontal, sedangkan harmoni memenuhi aspek hubungan nada-nada secara vertikal.
Peran harmoni akan makin nyata apabila seseorang menyanyi diiringi alat musik. Harmoni memberi bobot, nilai, dan bentuk tabuh pada jalinan melodi. Sebuah lagu akan terdengar indah jika memiliki harmoni yang baik.
8. Tempo
Tempo
adalah cepat atau lambatnya sebuah lagu. Ukuran untuk menentukan tempo adalah
beat. Beat, yaitu ketukan dasar yang menunjukkan banyaknya ketukan dalam satu
menit. Misalnya, sebuah lagu memiliki beat MM 70, artinya dalam satu menit
terdapat 70 ketukan dan dalam satu ketukan dinyatakan dengan notasi seperempat.
MM adalah singkatan dari Metronome Malzel. Metronome adalah alat pengukur tempo berasal dari bahasa Yunani, metron (ukuran) dan nomos (keteraturan). Kata Malzel (1815) diambil dari nama pencipta alat ini. Di dalam metronome terdapat sebuah bandul, lengkap dengan bobot yang dapat digeser naik dan turun sehingga tempo bandul ini dapat berubah sesuai kehendak. Angka 40 – 240 pada bandul menunjukkan geraknya 40 – 240 kali permenit dari ujung ke ujung. Setiap kali bandul sampai ke ujung, maka terdengarlah bunyi “tak”. Angka ini menjadi petunjuk tempo yang sampai sekarang dicantumkan pada awal sebuah karya musik. Misalnya M.M “100, berarti selama satu menit hendaknya dimainkan 100 not perempat. (M.M. adalah singkatan dari Metronom. Maelzel. Disamping mengatur tempo secara tepat, metronome juga membangun konsistensi tempo pada pemusiknya).
Pada awalnya, untuk mengatur tempo musik digunakan detak jam. Sampai kemudian William Turner mengusulkan pengaturan tempo melalui detak jarum kait jam. Hal ini diteruskan oleh Zaconni (1592) yang mengasosiasikan gerak detak jam dengan gerak musik. Dengan cara ini, ia ingin memperlihatkan variasi gerak kecepatan sebuah notasi.
Di tahun 1786, seorang Dokter Prancis bernama Jacques Alexander Cesar Charles menemukan mesin am Chronometre musical. Alat ini mengalami modifikasi hingga tahun 1802 ketika J.F. Reichardt menggunakannya.
Alat pengatur tempo musik terus mengalami perkembangan dan mencapai puncaknya pada tahun 1815 di tangan Johan Nepomuk Maelzel, pencipta metronome, Ada beberapa kelebihan yang dipunya Maelzel, yaitu bakat musik, pengalaman di bidang mekanik, dan yang paling penting memiliki naluri bisnis yang baik. Awalnya Maelzel mempromosikan Chronometre, sambil terus menerus mencari teknik baru yang lebih mudah dan halus. Hasilnya adalah bentuk metronome seperti yang saat ini dikenal.
Sejak Maelzel mengadakan kolaborasi dengan Beethoven, metronomnya pun semakin di kenal luas. Tahun 1815, dalam perjalanan promosinya, Maelzel mendemonstrasikan bentuk dasar metronomnya pada Winkel di Amsterdam, Winkel adalah pencipta metronom serupa pada tahun 1812, hanya saja karena ia memproduksinya dalam skala kecil dan tanpa promosi yang bagus pula, ciptaannya tidak dikenal luas. Menurut laporan yang tertera dalam de Vos Williems tahun 1829. Maelzel telah menawarkan untuk membeli penemuan Winkel tersebut. Ketika penawarannya ditolak, Maelzel pergi ke London dan Paris untuk mematenkan mesin baru tersebut dengan nama metronome. Hak patennya keluar pada tanggal 1 Juni 1815 di London, dan 14 September 1815 di Perancis. Sampai akhir 1816. Maelzel telah menyebarkan panduan singkat menggunakan metronome di Perancis. Dalam surat Maelzel untuk Breikopf dan Hartel menyatakan bahwa ia telah menerbitkan Metromonic tutor dalam bahasa Inggris pula.
Metronom baru yang diproduksi tahun 1815 sampai 1816 ini berbentuk kotak logam dengan tinggi 31 cm. Sejak tahun 1821, Maezel meninggalkan bahan logam dan mulai menggunakan kayu mahoni. Di tahun 1828, pembuatan jam bernama Bienaime – Fournier telah mengembangkan mesin pengatur tempo musik yang memiliki kelebihan dibandingkan Maelzel Metronome. Di abad 20, metronome pun dikembangkan dengan menggunakan perangkat elektrik baik bunyi maupun pengaturan temponya diatur secara elektrik dan visualisasi tempo ditunjukkan melalui angka digital.
9. Ekspresi
Menyanyi adalah mengungkapkan perasaan menggunakan alunan suara manusia dan kadang alunan suara intrumen musik. Menyanyi dilakukan dengan sepenuh perasaan baik itu perasaan sedih, gembira, khitmad, dan syahdu. Perasaan dalam lagu diungkapkan dengan tanda yang disebut tanda ekspresi. Tanda ekspresi, antara lain sebagai berikut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar