Warangan adalah bahan mineral yang
mengandung unsur arsenikum. Selain digunakan sebagai bahan racun tikus,
warangan juga dipakai untuk mengawetkan keris (Ensiklopedi Keris, 2011).
Fungsi warangan dalam dunia perkerisan
ialah untuk mengawetkan bilah keris ataupun tombak agar tidak cepat rusak dan
berkarat. Mewarangi keris juga tidak baik jika terlalu sering dilakukan, karena
jika hal tersebut dilakukan maka bilah keris akan mudah keropos. Hal itu
terjadi karena dalam larutan warangan juga mengandung zat asam yang berasal
dari perasan air jeruk yang merupakan campuran dari bubuk warangan.
Sebelum mewarangi keris, terlebih dahulu
keris dibersihkan (dalam dunia perkerisan diistilahkan dengan mutih, yaitu
membersihkan keris hingga terlihat warna asli bilah keris dan terbebas dari
segala kotoran maupun karat). Proses mutih keris ini umumnya dilakukan antara 3
sampai 5 hari, tergantung dari kondisi bilah keris, jika bilah keris sangat
kotor dan berkarat maka proses mutih biasanya membutuhkan waktu lebih lama.
Pada saat proses mutih bahan yang umum digunakan ialah campuran air kelapa yang
sudah basi dan perasan jeruk nipis.
Kandungan zat asam pada kedua bahan
tersebut bisa melarutkan kotoran-kotoran yang menempel pada permukaan bilah
keris, tidak cukup direndam saja untuk membersihkan permukaan bilah keris juga
memerlukan proses penyikatan. Sikat yang digunakan biasanya menggunakan sikat
gigi yang berbulu lembut. Untuk jenis keris yang sudah tua, larutan pembersih
yang digunakan sebaiknya yang bersifat natural yaitu dari campuran yang sudah
disebutkan di atas.
Namun untuk jenis keris periode
Kamardikan (yang usianya tidak terlalu tua, atau keris baru) bisa juga
menggunakan campuran sabun colek (detergen) dengan perasan air jeruk nipis yang
ditambahkan abu gosok, atau bisa jugaditambahkan larutan sitrun (biasanya untuk
campuran minuman atau nutrijel) kemudian campuran beberapa bahan itu dikuaskan atau
dioleskan pada permukaan bilah keris dan didiamkan beberapa saat setelah itu
dibersihkan dengan sikat gigi secara perlahan sampai kotoran hilang dan warna
asli bilah keris terlihat.
Walaupun teknik ini sangat cepat untuk
membersihkan keris, namun menurut pendapat ahli perkerisan teknik ini tidak
dianjurkan, apalagi untuk keris yang sudah berumur sangat tua, bisa menyebabkan
bilah keris sangat rapuh dan keropos.
Adapun campuran larutan warangan terdiri
dari air perasan jeruk nipis yang sudah disuling, yaitu sekitar 5 Kg jeruk
nipis diperas, kemudian disaring. Teknik penyaringan biasanya menggunakan kain
kaos. Jadi air perasan jeruk nipis disaring lagi menggunakan kain agar tidak
tercampur dengan biji ataupun butiran-butiran jeruk nipis. Kemudian air perasan
jeruk nipis yang telah disaring menggunakan kain itu didiamkan selama satu
minggu.
Dalam rentang waktu satu minggu, maka
terjadi pengendapan air jeruk nipis. Yang digunakan sebagai campuran serbuk
warangan ialah larutan yang tidak mengendap. Takaran ideal untuk larutan
warangan ialah 30 gram bahan warangan dicampur dengan 1 liter perasan jeruk
nipis yang sudah dimurnikan. Setelah dicampur serbuk warangan, larutan kedua
bahan tersebut akan berwarna coklat gelap, larutan ini siap digunakan untuk mewarangi
keris.
Jika larutan warangan sudah siap langkah
selanjutnya ialah menyiapkan tempat atau wadah untuk mewarangi keris. Pada masa
lalu wadah untuk mewarangi keris biasanya terbuat dari batang bambu, namun
sekarang bisa diganti dengan bahan yang lain, misalnya pipa paralon atau talang
kotak yang terbuat dari plastik. Setelah larutan warangan dituang pada wadah
tersebut, keris yang sudah bersih dimasukkan. Larutan warangan akan meresap
kedalam pori-pori bilah keris sehingga terjadi gelembung-gelembung udara.
Setelah gelembung-gelembung udara hilang bilah keris dibalik, dan setelah itu
direndam sekitar lima menit lalu ditiriskan.
Cara meniriskan bilah keris ialah
pangkal bilah keris yaitu pesi diletakkan pada bagian bawah dan ujung keris
pada bagian atas. Setelah kering bila dirasa warna bilah keris kurang hitam
(masih kecoklatan) bilah keris bisa dimasukkan lagi kedalam larutan warangan
dengan cara yang sama pada proses awal tadi dan selanjutnya ditiriskan kembali
hingga kering, jika tingkat kegelapan atau kehitaman keris dirasa sudah cukup
dan pamor memiliki tingkat kekontrasan yang dirasa cukup maka proses
selanjutnya ialah mencuci bilah keris dengan air yang mengalir dan tahap
terakhir ialah membersihkan sisa-sisa warangan yang tidak diinginkan pada bilah
keris dengan menggunakan potongan jeruk nipis (proses ini tidak boleh terlalu
lama) setelah itu disiram lagi dengan air yang mengalir dan selanjutnya bilah
keris ditiriskan hingga kering.
Proses mewarangi keris yang paling baik
dilakukan pada pagi menjelang siang hari. Sehingga ada proses penyinaran
matahari yang bisa memaksimalkan hasil dari proses pewarangan. Setelah bilah
keris benar-benar kering langkah selanjutnya bilah keris biasanya diolesi
dengan minyak pusaka. Untuk minyak pusaka ada beberapa jenis, biasanya penulis
menggunakan minyak parafin yang dicampur dengan bibit minyak wangi. Bibit
minyak wangi sangat banyak jenisnya, itu semua tergantung pada selera pemilik
keris.
Dengan melalui proses pewarangan, maka
bentuk atau motif pamor akan terlihat. Bahan pamor keris ada 3 jenis yaitu :
1. Batu Meteor, mempunyai ciri khas
warnanya putih bercahaya dengan rabaan yang tajam.
2. Besi Nikel, mempunyai ciri khas warnanya
tidak bercahaya putih melainkan pudar kekuning-kuningan.
3. Besi Penawang, yaitu besi lunak yang
berwarna putih, memiliki kesan perabaan yang halus dan berwana putih pudar.
Walaupun bahan pamor itu berbeda-beda
jenisnya namun ada satu kesamaan yaitu bahwa ketiga bahan itu tidak bisa
berkarat dan memiliki tingkat warna yang berbeda dengan bahan besi atau baja
sebagai bahan pembuatan keris. Dan bahan pamor terbaik ialah bahan yang berasal
dari batu meteor, karena mengandung unsur titanium yang sangat tinggi.
Selain bahan pamor yang bermacam-macam,
warangan juga ada beberapa jenis yaitu :
1. Warangan alami, berasal dari Cina.
Warangan ini diduga yang paling baik, memiliki warna jingga kemerah-merahan,
dan ada semacam alur-alur garis tipis dan lembut berwarna merah seperti urat
pada kristalnya. Jika digunakan sebagi bahan warangan maka akan menghasilkan
tingkat kekontrasan yang sangat tinggi antara bahan pamor dengan bahan besi
pada bilah keris sehingga menghasilkan kesan yang cemerlang pada pamor keris.
2. Warangan atal, berasal dari Thailand.
Warangan ini memiliki mutu yang kurang baik, warnanya kuning kotor, dengan
beberapa bagian mendekati warna kuning delima atau coklat muda. Jika digunakan
sebagai bahan warangan akan menghasilkan tingkat kekontrasan yang rendah antara
bahan pamor dengan bahan besi pada bilah keris, sehingga bahan pamor terkesan
kurang cemerlang.
Walaupun umumnya proses pewarangan untuk
mengawetkan bilah keris agar tahan lama dan tidak berkarat, proses pewarangan
juga untuk membedakan bahan bilah keris yaitu warna bahan pamor dan warna besi
bilah keris. Sehingga dengan proses pewarangan motif pamor akan terlihat jelas.
Namun pada jenis keris kelengan hal ini tidak berlaku, karena keris kelengan
ialah jenis keris yang tidak memiliki motif pamor. Sehingga untuk jenis keris
kelengan, proses pewarangan semata-mata untuk mengawetkan bilah keris.
Proses pelatihan mewarangi keris pernah saya lakukan pada tanggal 5 Desember 2016, di Sekolah Budaya Tunggulwulung Malang yang beralamatkan di jalan Sasando No. 9 Kota Malang, dimulai pukul 20.00 WIB sampai dengan pukul 22.30 WIB dengan nara sumber mas Wahyu Eko Setiawan atau dikenal juga dengan nama Ki Jagad Gumelar.
Bahan bacaan :
Petunjuk Praktis Merawat Keris (Ki
Dwijosaputro, 1977)
Koesni (Pakem Pengetahuan Tentang Keris,
1979)
Bambang Harsrinuksmo (Ensiklopedia
Keris, 2011)
KRHT Hudoyo Doyodipuro, Occ (Keris Daya
Magic – Manfaat – Tuah – Misteri, 2012)