Selasa, 21 September 2021

Pameran Seni Rupa Arpedalas Malang



Ada yang berbeda di aula SMP Negeri 12 Malang. Selama masa pandemi ini, seluruh area sekolah selalu lengang! Auranya tidak lagi seperti sekolah pada umumnya, di mana aktivitas siswa belajar dan bermain tidak nampak. Tentu saja ini terjadi hampir di seluruh dunia! Bencana pandemi merubah segalanya, termasuk aktivitas belajar di sekolah.





Namun kali ini, pelan-pelan suasana kembali menuju normal. Hiruk pikuk siswa mulai ramai terdengar, walaupun belum seluruh siswa diperbolehkan hadir di sekolah. Kehadiran mereka ibarat pohon di musim semi, di mana daun-daunnya kembali tumbuh perlahan dan pada akhirnya bunga-bunga akan bermekaran menjadikan suasana semakin indah dan segar, Semoga badai pandemi Covid-19 segera berakhir selamanya, aamiin. 



Aula sekolah yang hampir 2 tahun ini tidak terpakai sama sekali, kini nampak mulai ada aktivitas. Separuh ruangan terisi oleh karya-karya seni rupa, baik yang berwujud 2 dimensional maupun 3 dimensional.



Menurut wakil ketua pelaksana, Raihanah, kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT SMP Negeri 12 Malang yang ke-38. Pesertanya adalah siswa-siswa yang memiliki keminatan di bidang seni, khususnya seni rupa.



Tidak ada tema khusus dalam pameran ini, sehingga pesertanya sangat banyak dan antusias. Jenis karya yang dipamerkan pun beragam, mulai dari lukisan, kerajinan tangan, maket bangunan, bahkan karya-karya daur ulang limbah dipamerkan di ruangan ini.

Adapun pameran berlangsung mulai tanggal 21 hingga 23 September 2021.

Berikut ini sebagian karya-karya yang dipamerkan:






















Senin, 16 Agustus 2021

Fungsi Warangan pada Keris

sangmori

Warangan adalah bahan mineral yang mengandung unsur arsenikum. Selain digunakan sebagai bahan racun tikus, warangan juga dipakai untuk mengawetkan keris (Ensiklopedi Keris, 2011).

Fungsi warangan dalam dunia perkerisan ialah untuk mengawetkan bilah keris ataupun tombak agar tidak cepat rusak dan berkarat. Mewarangi keris juga tidak baik jika terlalu sering dilakukan, karena jika hal tersebut dilakukan maka bilah keris akan mudah keropos. Hal itu terjadi karena dalam larutan warangan juga mengandung zat asam yang berasal dari perasan air jeruk yang merupakan campuran dari bubuk warangan.

Sebelum mewarangi keris, terlebih dahulu keris dibersihkan (dalam dunia perkerisan diistilahkan dengan mutih, yaitu membersihkan keris hingga terlihat warna asli bilah keris dan terbebas dari segala kotoran maupun karat). Proses mutih keris ini umumnya dilakukan antara 3 sampai 5 hari, tergantung dari kondisi bilah keris, jika bilah keris sangat kotor dan berkarat maka proses mutih biasanya membutuhkan waktu lebih lama. Pada saat proses mutih bahan yang umum digunakan ialah campuran air kelapa yang sudah basi dan perasan jeruk nipis.

Kandungan zat asam pada kedua bahan tersebut bisa melarutkan kotoran-kotoran yang menempel pada permukaan bilah keris, tidak cukup direndam saja untuk membersihkan permukaan bilah keris juga memerlukan proses penyikatan. Sikat yang digunakan biasanya menggunakan sikat gigi yang berbulu lembut. Untuk jenis keris yang sudah tua, larutan pembersih yang digunakan sebaiknya yang bersifat natural yaitu dari campuran yang sudah disebutkan di atas.

Namun untuk jenis keris periode Kamardikan (yang usianya tidak terlalu tua, atau keris baru) bisa juga menggunakan campuran sabun colek (detergen) dengan perasan air jeruk nipis yang ditambahkan abu gosok, atau bisa jugaditambahkan larutan sitrun (biasanya untuk campuran minuman atau nutrijel) kemudian campuran beberapa bahan itu dikuaskan atau dioleskan pada permukaan bilah keris dan didiamkan beberapa saat setelah itu dibersihkan dengan sikat gigi secara perlahan sampai kotoran hilang dan warna asli bilah keris terlihat.

Walaupun teknik ini sangat cepat untuk membersihkan keris, namun menurut pendapat ahli perkerisan teknik ini tidak dianjurkan, apalagi untuk keris yang sudah berumur sangat tua, bisa menyebabkan bilah keris sangat rapuh dan keropos.

Adapun campuran larutan warangan terdiri dari air perasan jeruk nipis yang sudah disuling, yaitu sekitar 5 Kg jeruk nipis diperas, kemudian disaring. Teknik penyaringan biasanya menggunakan kain kaos. Jadi air perasan jeruk nipis disaring lagi menggunakan kain agar tidak tercampur dengan biji ataupun butiran-butiran jeruk nipis. Kemudian air perasan jeruk nipis yang telah disaring menggunakan kain itu didiamkan selama satu minggu.

Dalam rentang waktu satu minggu, maka terjadi pengendapan air jeruk nipis. Yang digunakan sebagai campuran serbuk warangan ialah larutan yang tidak mengendap. Takaran ideal untuk larutan warangan ialah 30 gram bahan warangan dicampur dengan 1 liter perasan jeruk nipis yang sudah dimurnikan. Setelah dicampur serbuk warangan, larutan kedua bahan tersebut akan berwarna coklat gelap, larutan ini siap digunakan untuk mewarangi keris.

Jika larutan warangan sudah siap langkah selanjutnya ialah menyiapkan tempat atau wadah untuk mewarangi keris. Pada masa lalu wadah untuk mewarangi keris biasanya terbuat dari batang bambu, namun sekarang bisa diganti dengan bahan yang lain, misalnya pipa paralon atau talang kotak yang terbuat dari plastik. Setelah larutan warangan dituang pada wadah tersebut, keris yang sudah bersih dimasukkan. Larutan warangan akan meresap kedalam pori-pori bilah keris sehingga terjadi gelembung-gelembung udara. Setelah gelembung-gelembung udara hilang bilah keris dibalik, dan setelah itu direndam sekitar lima menit lalu ditiriskan.

Cara meniriskan bilah keris ialah pangkal bilah keris yaitu pesi diletakkan pada bagian bawah dan ujung keris pada bagian atas. Setelah kering bila dirasa warna bilah keris kurang hitam (masih kecoklatan) bilah keris bisa dimasukkan lagi kedalam larutan warangan dengan cara yang sama pada proses awal tadi dan selanjutnya ditiriskan kembali hingga kering, jika tingkat kegelapan atau kehitaman keris dirasa sudah cukup dan pamor memiliki tingkat kekontrasan yang dirasa cukup maka proses selanjutnya ialah mencuci bilah keris dengan air yang mengalir dan tahap terakhir ialah membersihkan sisa-sisa warangan yang tidak diinginkan pada bilah keris dengan menggunakan potongan jeruk nipis (proses ini tidak boleh terlalu lama) setelah itu disiram lagi dengan air yang mengalir dan selanjutnya bilah keris ditiriskan hingga kering.

Proses mewarangi keris yang paling baik dilakukan pada pagi menjelang siang hari. Sehingga ada proses penyinaran matahari yang bisa memaksimalkan hasil dari proses pewarangan. Setelah bilah keris benar-benar kering langkah selanjutnya bilah keris biasanya diolesi dengan minyak pusaka. Untuk minyak pusaka ada beberapa jenis, biasanya penulis menggunakan minyak parafin yang dicampur dengan bibit minyak wangi. Bibit minyak wangi sangat banyak jenisnya, itu semua tergantung pada selera pemilik keris.

Dengan melalui proses pewarangan, maka bentuk atau motif pamor akan terlihat. Bahan pamor keris ada 3 jenis yaitu :

1. Batu Meteor, mempunyai ciri khas warnanya putih bercahaya dengan rabaan yang tajam.

2. Besi Nikel, mempunyai ciri khas warnanya tidak bercahaya putih melainkan pudar kekuning-kuningan.

3. Besi Penawang, yaitu besi lunak yang berwarna putih, memiliki kesan perabaan yang halus dan berwana putih pudar.

Walaupun bahan pamor itu berbeda-beda jenisnya namun ada satu kesamaan yaitu bahwa ketiga bahan itu tidak bisa berkarat dan memiliki tingkat warna yang berbeda dengan bahan besi atau baja sebagai bahan pembuatan keris. Dan bahan pamor terbaik ialah bahan yang berasal dari batu meteor, karena mengandung unsur titanium yang sangat tinggi.

Selain bahan pamor yang bermacam-macam, warangan juga ada beberapa jenis yaitu :

1. Warangan alami, berasal dari Cina. Warangan ini diduga yang paling baik, memiliki warna jingga kemerah-merahan, dan ada semacam alur-alur garis tipis dan lembut berwarna merah seperti urat pada kristalnya. Jika digunakan sebagi bahan warangan maka akan menghasilkan tingkat kekontrasan yang sangat tinggi antara bahan pamor dengan bahan besi pada bilah keris sehingga menghasilkan kesan yang cemerlang pada pamor keris.

2. Warangan atal, berasal dari Thailand. Warangan ini memiliki mutu yang kurang baik, warnanya kuning kotor, dengan beberapa bagian mendekati warna kuning delima atau coklat muda. Jika digunakan sebagai bahan warangan akan menghasilkan tingkat kekontrasan yang rendah antara bahan pamor dengan bahan besi pada bilah keris, sehingga bahan pamor terkesan kurang cemerlang.

Walaupun umumnya proses pewarangan untuk mengawetkan bilah keris agar tahan lama dan tidak berkarat, proses pewarangan juga untuk membedakan bahan bilah keris yaitu warna bahan pamor dan warna besi bilah keris. Sehingga dengan proses pewarangan motif pamor akan terlihat jelas. Namun pada jenis keris kelengan hal ini tidak berlaku, karena keris kelengan ialah jenis keris yang tidak memiliki motif pamor. Sehingga untuk jenis keris kelengan, proses pewarangan semata-mata untuk mengawetkan bilah keris.

Proses pelatihan mewarangi keris pernah saya lakukan pada tanggal 5 Desember 2016, di Sekolah Budaya Tunggulwulung Malang yang beralamatkan di jalan Sasando No. 9 Kota Malang, dimulai pukul 20.00 WIB sampai dengan pukul 22.30 WIB dengan nara sumber mas Wahyu Eko Setiawan atau dikenal juga dengan nama Ki Jagad Gumelar.

Bahan bacaan :

Petunjuk Praktis Merawat Keris (Ki Dwijosaputro, 1977)

Koesni (Pakem Pengetahuan Tentang Keris, 1979)

Bambang Harsrinuksmo (Ensiklopedia Keris, 2011)

KRHT Hudoyo Doyodipuro, Occ (Keris Daya Magic – Manfaat – Tuah – Misteri, 2012)

Selasa, 30 Maret 2021

Senitorium X: Dinner Party

 

Jamaluddin - Kapang Tempe Mendol Goreng - Instalasi Dinding - 2021

Minggu pagi ini saya bersama Mori El Kana memiliki waktu dan kesempatan untuk mengunjungi pameran seni rupa yang digelar oleh kelompok Senitorium X di gedung Dewan Kesenian Malang (DKM). Sebetulnya pembukaan pameran sudah dilaksanakan pada hari Kamis malam tanggal 25 Maret 2021 (Adapun pameran ini akan berlangsung hingga tanggal 20 Maret 2021), namun saya baru bisa berkunjung 3 hari setelah pembukaan.

Kali ini Senitorium X memberi tajuk pameran yaitu Dinner Party dan mereka mengusung tema tentang budaya pangan, sebuah tema pameran yang berbeda dari pameran yang mereka selenggarakan pada 14 September 2019 di galeri Raos kota Batu (Senitorium X: Still Life).

Saat saya tiba di lokasi pameran, yang ada saat itu ialah mas Tamtama Anoraga atau biasa dipanggil mas Tomy. Ada sebuah kekontrasan suasana antara gedung DKM dengan lingkungan yang mengelilinginya, jika suasana di luar gedung sangat hiruk pikuk maka suasana di sini sangat sepi dan tenang. Kami pun mengobrol sejenak saling menanyakan kabar masing-masing. Setelah cukup, saya  pun memasuki ruang pameran dan menikmati karya kawan-kawan Senitorium X. Secara keseluruhan, karya-karya seni rupa yang ditampilkan sangat artistik dan masih cenderung memiliki kemiripan gaya visual dari pameran sebelumnya, walaupun yang dipamerkan di sini ialah karya-karya baru. Jika melihat dari kuratorial pameran, ada karya yang begitu lugas dan gamblang memvisualkan tentang budaya pangan yaitu karya yang berwujud tempe dan mendol (olahan tempe khas Malang raya) berjudul Kapang Tempe Mendol Goreng karya Jamaluddin. Seolah-olah menyuguhkan kelezatan cita rasa original dari tempe dan mendol goreng, dengan bentuk dan warna yang mirip aslinya. Bagi saya, inilah Mooi Indie di abad ke-21!  Karya ini tidak hanya memanjakan mata saja namun juga mampu menstimulus air liur bagi orang yang pernah merasakan lezatnya tempe dan mendol goreng! Dalam kenyataan sehari-hari, tempe ialah makanan favorit masyarakat. Selain harganya murah, tentu sangat banyak mengandung protein nabati. Walaupun tempe adalah masakan asli orang Indonesia namun bakunya saat ini sangat jarang menggunakan kedelai lokal bahkan kedelai impor dari Amerika seolah candu bagi bangsa ini.

Berikut adalah dokumentasi beberapa karya yang bisa saya hadirkan di ruang maya ini:

Koko Sujatmiko, Dimensi Variabel (instalasi), Mix Media - 2021

Koko Sujatmiko - Persetubuhan Dua Bentuk - Mix Media - 120 x 100 cm - 2021

Sur Yanto - Imagine - Acrylic on canvas - 120 x 100 cm - 2021

Tamtama Anoraga - Super Lover - Oil on canvas - 30 x 20 cm - 2019

David Sugiarto - Sssst ... - Acrylic on canvas - 190 x 140 cm - 2021

Yoyok Siswoyo - Dinner Party - Acrylic on canvas - 160 x 140 cm - 2020







Dewi Jasmine - Dimensi Variabel - Mix Media - 2021