Wayang Noise, 2020 - Dapeng Gembiras |
Semenjak COVID-19 melanda di Indonesia mulai bulan Maret 2020 hingga sekarang (postingan ini saya tulis pada tanggal 1 Juli 2020) hampir seluruh aspek kehidupan di tanah air mengalami perubahan yang sangat drastis. Kehidupan perekonomian, sosial, pendidikan, kebudayaan, kesenian dan sebagainya mengalami dampaknya.
Banyak usaha-usaha yang gulung tikar terutama sektor pariwisata,
adanya kerenggangan jarak antar warga (renggang dalam arti sebenarnya, karena
adanya peraturan social distancing alias harus menjaga jarak dengan orang lain
agar tidak tertular atau menularkan wabah), kegiatan peribadatan tidak lagi
wajar sebagaimana mestinya, sekolah ditutup dan kegiatan belajar mengajar harus
dilakukan melalui internet, tidak ada lagi pertunjukan kesenian secara langsung
yang melibatkan penonton, dan masih banyak lagi aktivitas-aktivitas lain yang
harus menyesuaikan dengan peraturan pemerintah. Semua itu untuk memutus mata
rantai penyebaran COVID-19!
Poster Pameran a(r)t home |
Namun di sisi lain, COVID-19 juga menumbuhkan kreatifitas
masyarakat dan juga kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan. Tiba-tiba saja
banyak orang yang memproduksi hand sanitizer, mulai dari yang menggunakan
bahan-bahan alami atau bahan sintetis buatan pabrik, jenis masker mulai dari
yang biasa hingga masker bergambar separuh wajah manusia dari yang lucu hingga
yang menyeramkan, face shield dijual di mana-mana, hingga aplikasi-aplikasi
baru untuk berkomunikasi dengan orang banyak walaupun dilakukan secara jarak
jauh menggunakan internet, misalnya zoom, whatsapp, google meet. Untungnya kita
hidup di zaman internet, sehingga tidak terlalu sulit untuk berkomunikasi
dengan orang lain walaupun terpisah jarak, ruang dan waktu.
Lalu bagaimana dengan dunia seni rupa khususnya? Menurut Sternberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.
Dan sebagaimana yang diungkapkan oleh Baron (1969) yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Maka para perupa menunjukkan kreativitasnya untuk merespon pandemi COVID-19 ini menjadi karya-karya mereka. Begitu juga ruang-ruang pamer tidak lagi hanya di galeri-galeri namun juga secara virtual melalui berbagai media sosial. Bisa jadi COVID-19 banyak memakan nyawa manusia, namun tidak untuk kreativitasnya.
Justru
pandemi COVID-19 ini membuat manusia semakin kreatif. Salah satunya ialah
pameran A(r)T HOME yang dibuka pada tanggal 21 Juni 2020 secara daring (online)
melalui jejaring media social dan luring (offline) pada pukul 15.00 WIB di
Gedung DKM Jl. Majapahit No. 5 Malang. Pengunjung wajib memperhatikan yang
telah ditentukan (protokol kesehatan) oleh pemerintah.
Seniman telah mati, 2020 - Bobby Nugroho |
Saat saya mendatangi langsung gedung DKM memang protokol itu
diberlakukan sesuai yang dianjurkan oleh pemerintah, mulai pengunjung wajib
bermasker, mencuci tangan menggunakan sabun dan tetap memperhatikan jarak fisik
dengan pengunjung yang lain.
Karya yang ditampilkan beragam mulai dari lukisan, instalasi, video art, hingga new media art. Sementara itu tema atau topik yang diusung lebih banyak menyoroti kondisi pandemi dan dampaknya terhadap manusia dan kehidupan, refleksi diri selama #dirumahaja, kepedulian maupun harapan di era tatanan hidup baru (new normal). Pameran ini diikuti oleh 14 seniman dari kota Malang.
- Bobby Nugroho
- Didit Prasetyo Nugroho
- Novantri Sumahadi
- Dapeng Gembiras
- Effendi Goweng
- Masari Arifin
- Uddin Noor
- Ferry Said
- Bustaf Abid
- Dewi Jasmine
- S. Derajad
- Syamsul Subakri
- Ajanis Maliki
- Dimas Novib
Salah satu
karya yang sempat saya diskusikan dengan perupanya yaitu karya wayang yang
terbuat dari material limbah plastik karya Dapeng Gembiras, karya ini bagi saya
memiliki keunikan tersendiri, karena berani keluar dari pakem pewayangan selama
ini. Selain bahan wayang, visualisasi karakter atau tokoh wayang juga baru dan belum pernah saya jumpai di
wayang-wayang yang selama ini pernah saya lihat, baik wayang kulit, wayang
beber, maupun wayang golek/boneka. Sayangnya, waktu itu saya tidak memiliki
kesempatan untuk melihat pertunjukan wayang itu sendiri.
Secara
keseluruhan, menurut saya pameran ini sangat bagus karena momen pameran di
tengah pandemi ini merupakan salah satu upaya para seniman dalam membangkitkan
kembali gairah berkesenian di kota Malang, semoga wabah ini lekas hengkang dari
tanah air tercinta dan seluruh aspek kehidupan kembali berjalan normal, salam
budaya!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar