Maboroshimakura 2, 1972 - Toshio Saeki
Ero guro (nansensu), adalah sebuah genre artistik
yang berfokus pada erotisme, korupsi seksual, dan dekadensi (kemerosotan (tentang
akhlak); kemunduran (tentang seni, sastra). Sebagai sebuah
istilah, kata ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang erotis dan aneh.
Ero guro nansensu merupakan istilah
wasei-eigo (adalah kata-kata bahasa Jepang yang dibuat dari menggabungkan dua
kata dari bahasa Inggris sehingga terbentuk arti baru yang sama sekali tidak
dikenal dalam kosakata bahasa Inggris.) adalah gerakan budaya, seni dan sejarah
yang merupakan penggabungan filosofi politik yang berubah menjadi estetika.
Seniman, penyair, pembuat film, musisi, dan seni tato telah memadukan konsep pada
karya mereka dan menciptakan salah satu gerakan seni pertama yang membentang selama
berabad-abad
Hatu, 1972 - Toshio Saeki
Istilah Ero Guro Nansensu berasal dari kata: ero
dari "ero(tic)", guro dari "gro(tesque)", dan nansensu dari
"nonsense". Dalam kenyataannya, "keanehan"
yang tersirat dalam istilah ini merujuk pada hal-hal yang cacat, tidak alami,
atau mengerikan. Barang-barang yang bersifat pornografi dan berdarah belum
tentu ero guro, dan sebaliknya.
Ero guro nansensu, dicirikan sebagai
"Berawal pada masa prewar (sebelum perang), fenomena budaya borjuis yang mengabdikan dirinya
untuk eksplorasi yang menyimpang, yang aneh, dan yang konyol," terwujud
dalam budaya populer Taisho Tokyo selama tahun 1920-an pada era Shōwa. Periode
Shōwa (25 Desember 1926–7 Januari 1989) adalah salah satu nama zaman di Jepang
pada abad ke-20. Zaman Shōwa berlangsung pada masa pemerintahan Kaisar Shōwa
(Hirohito), sejak Kaisar Hirohito naik tahta pada 25 Desember 1926 hingga wafat
pada 7 Januari 1989. Tahun Shōwa berlangsung hingga tahun 64 Shōwa, dan
merupakan masa pemerintahan terpanjang dari seorang kaisar di Jepang (62 tahun
2 minggu), walaupun tahun terakhir zaman Shōwa (tahun 64 Shōwa) hanya
berlangsung selama 7 hari.
Lucy's Mutation, 2014 - Takato Yamamoto
Selama zaman Shōwa, Jepang memasuki
periode totalitarianisme politik, ultranasionalisme, dan fasisme yang berpuncak
pada invasi ke Tiongkok pada tahun 1937. Peristiwa tersebut merupakan bagian
dari masa konflik dan kekacauan di seluruh dunia, seperti halnya Depresi Besar
dan Perang Dunia II.
Ecstasy of Linked Circles, 2015 - Takato Yamamoto
Penulis Ian Buruma menggambarkan suasana
sosial saat itu sebagai "hedonisme yang gelisah, kadang-kadang nihilistik
yang membawa Weimar Berlin ke pikiran." (Budaya Weimar adalah kemunculan
seni dan sains yang terjadi di Jerman selama Republik Weimar, yang terakhir
pada saat periode antar perang antara kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I
pada 1918 dan Hitler naik ke tampuk kekuasaan pada 1933. pada tahun 1920-an
Berlin berada di pusat kesibukan budaya Weimar).
Inspectionism Man, 2012 - Takato Yamamoto
Akar gaya genre Ero Guro kembali ke seniman seperti
Tsukioka Yoshitoshi (1839 - 9 Juni 1892 yaitu seorang seniman Jepang yang secara
luas diakui sebagai ahli Ukiyo-e terakhir. Kariernya ada selama dua era yaitu tahun
terakhir Jepang feudal kuno, dan tahun pertama Jepang modern baru, Ukiyo-e
ialah sebutan untuk teknik cukil kayu yang berkembang di Jepang pada zaman Edo
yang digunakan untuk menggandakan lukisan pemandangan, keadaan alam dan
kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat. Dalam bahasa Jepang,
"ukiyo" berarti "zaman sekarang," sedangkan "e"
berarti gambar atau lukisan. Istilah ukiyo-e sekarang semata-mata digunakan
untuk lukisan berwarna-warni (nishiki-e) yang dihasilkan teknik cukil kayu
(woodprinting), tetapi sebenarnya pada zaman dulu istilah ukiyo-e juga
digunakan untuk lukisan asli yang digambar dengan menggunakan kuas). Seniman
Ukiyo-e seperti Utagawa Kuniyoshi mempresentasikan tema serupa dengan
perbudakan, pemerkosaan dan penyaliban erotis.
Nemurike, 1972 - Toshio Saeki
Ero guro juga merupakan elemen dari banyak
film horor Jepang dan pinku eiga, khususnya pada 1960-an dan 1970-an. Ada seniman Ero Guro modern, beberapa di
antaranya mengutip Erotic Grotesque Nonsense sebagai pengaruh pada karya
mereka. Para seniman ini mengeksplorasi mengerikan yang bercampur dengan nuansa
seksual. Seringkali elemen erotis, bahkan ketika tidak eksplisit, digabung
dengan tema aneh dan fitur yang mirip dengan karya H. R. Giger. Yang lain memproduksi karya ero guro dengan tema pornografi seperti hentai Jepang yang melibatkan
darah, kengerian, cacat, kekerasan, mutilasi, urin, enema, atau feses. Seniman manga guro terkenal termasuk Suehiro
Maruo, Hajime Yamano, Jun Hayami, Go Nagai, Shintaro Kago, Toshio Maeda,
Henmaru Machino, Yamamoto Takato, Horihone Saizo, dan Waita Uziga.
Madoromi, 2015 - Toshio Saeki
Dalam suatu wawancara dengan Artsy, Toshio Saeki mengatakan "Visi yang saya perlihatkan kepada orang-orang adalah hal-hal yang
tidak dapat dipahami dari ero [erotika] dan misteri," kata Saeki kepada
Artsy. "Jika kenyataan yang tersembunyi di jiwaku
— bahkan jika itu hanya bagian terkecil darinya - mampu membangkitkan sesuatu
di mata penonton, maka niatku telah tercapai."
Toshio Saeki adalah seorang ilustrator, pelukis, dan “Godfather of Japanese Erotica”
telah meninggal pada usia 74 tahun (Lahir
pada tahun 1945 di Miyazaki - Meninggal 21 November
2019).
Nagusame, 1976 - Toshio Saeki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar