Topeng dalam bahasa Jawa kuno disebut
‘tapuk’, dan ‘atapukan’ atau ‘atapelan’ artinya tarian topeng. Topeng dalam
bahasa Jawa tengahan disebut ‘kedok’, kata ‘kedok’ secara metaforis sering
digunakan untuk mengidentifikasikan jati diri orang yang melakukan tindak
penyamaran. Kata ‘kedok’ banyak diartikan untuk melakukan hal yang kurang baik,
seperti kepura-puraan untuk menutupi maksud jahat dan menyembunyikan sesuatu.
Kedok atau topeng mempunyai berbagai macam bentuk berdasarkan atas
penggunaannya. Penggunaan topeng untuk keperluan yang sakral seperti tari,
maupun pemujaan harus ada ritual tertentu. Dalam konteks ini ritual tersebut
bertujuan untuk mencegah dampak negatif terhadap penarinya. Pada masa sekarang, topeng
berkembang bukan hanya untuk acara tari maupun pemujaan. Topeng dapat
difungsikan menjadi sebuah karya kerajinan yang berfungsi sebagai benda hias.
Cerita Panji bermula dari
Kerajaan Kediri di Jawa Timur abad ke-12 zaman pemerintahan Kameswara l yang
menceritakan tentang perjodohan antara anak raja dari Koripan/Kahuripan
(Kediri), Raden Inu Kertapati, yang dijodohkan dengan putri Galuh Candra Kirana
dari Jenggala. Namun perjodohan tersebut ternyata harus menempuh jalan yang
berliku, melalui berbagai halangan dan rintangan yang amat panjang. Walaupun
mereka akhirnya berjodoh pula, para pujangga pada masa lalu kemudian
menciptakan berbagai ragam cerita 'carangan' (cerita carangan adalah lakon wayang
yang keluar dari jalur pakem/standar kisah Mahabarata atau Ramayana. Namun,
para pemeran dan tempat-tempat dalam cerita carangan itu tetap menggunakan
tokoh-tokoh Wayang Purwa yang berdasarkan Mahabarata atau Ramayana seperti
biasanya) yang amat banyak mengenai cerita tersebut. Pada masa dahulu cerita
Panji ini kemungkinan tersebar pada zaman pemerintahan Hayam Wuruk dari
Majapahit yang mempunyai wilayah yang sangat luas meliputi Nusantara bahkan
sampai ke Kamboja.
Pada masa Majapahit ini
pula konon mulai dibuat lukisan tentang cerita Panji ini pada selembar kain
yang terkenal dengan sebutan wayang beber. Jejak terakhir dari wayang beber
buatan masa lalu itu masih bisa kita lihat di Pacitan milik keluarga almarhum
dalang Sarnen yang menceritakan tentang "Jaka Kembang Kuning" dan
satu lagi terdapat di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Desa Karangmojo,
Gunungkidul, yang diuri-uri oleh pewarisnya sampai saat ini. Wayang beber yang
menceritakan tentang Panji dari Karangmojo inilah yang menjadi benang merah
dengan adanya topeng Panji di daerah Gunungkidul, terutama di daerah bagian
utara Gunungkidul. Dusun Bobung dan Batur secara geografis memang cukup erat
dengan keberadaan wayang beber di Karangmojo.
Secara administratif Dusun Bobung
adalah sebuah pedusunan yang berada di bawah pemerintah desa Putat, Kecamatan
Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Sejak
tahun 2001 Pemkab Gunungkidul meresmikan dusun ini menjadi desa wisata
kerajinan topeng batik kayu, lokasi yang berdekatan dengan objek wisata Gunung
Nglanggeran memudahkan wisatawan melakukan kunjungan di desa ini.
Berikut ini adalah karakter-karakter
topeng panji dari dusun Bobung:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar