1. Mudah Dibaca
2. Menarik Perhatian
3. Memperkuat Tema Visual
4. Memperkuat Karakter
Prinsip Tipografi
Seperti yang telah dijelaskan bahwa tipografi tidak bisa disusun secara asal-asalan. Perlu adanya kemampuan khusus untuk dapat melakukannya.
Namun, pada dasarnya ada tiga prinsip yang harus dipenuhi dalam penyusunan tipografi agar tujuannya dapat tercapai. Prinsip itu antara lain:
1. Readability
Readability maksudnya adalah tipografi harus dapat terbaca. Seperti diketahui, tujuan utama pembuatan tipografi adalah untuk memudahkan para calon pembacanya. Oleh sebab itu, di dalam tipografi harus memenuhi prinsip readability. Readability ini sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu misalnya jenis font, jarak antar huruf, ukuran, sampai kombinasinya.
2. Legibility
Legibility pada dasarnya nyaris sama dengan readability, yaitu kemudahan untuk dibaca. Prinsip ini juga harus diterapkan supaya para pembaca dapat dengan mudah memahami apa isi teks. Legibility ini dipengaruhi oleh jenis font dan ukurannya. Semakin mudah dibaca, maka tipografi akan semakin baik pula.
3. Visibility
Visibility maksudnya adalah tipografi dapat terlihat dalam jarak tertentu. Artinya, tipografi disarankan untuk jangan terlalu kecil supaya dapat terlihat oleh para pembaca sejauh apapun jarak penglihatannya. Selain itu, jenis font juga akan menentukan visibility, karena dalam beberapa kasus, memang tipografi terlihat dengan jelas, tetapi tidak bisa terbaca.
4. Estetika
Tipografi juga harus memenuhi prinsip estetika. Meskipun mungkin selera dan karakter tiap desainer pasti berbeda, tetapi ada estetika-estetika tertentu yang menjadi pakem di dalam tipografi. Estetika ini akan sangat mempengaruhi keindahan dari tipografi sehingga dapat menarik perhatian orang. Semakin bagus tipografi dibuat, maka akan semakin membuat orang penasaran pula. Alhasil., tujuan dari tipografi pun akan terpenuhi.
Sebagai acuan awal dalam prinsip-prinsip kebenaran untuk menghasilkan karya tipografi yang maksimal, beberapa prinsip tipografi berikut ini dapat kita ikuti. Prinsip yang telah diakui oleh banyak pakar tipografi ini terbagi menjadi dua prinsip besar, yaitu prinsip keterbacaan tipografi, dan prinsip estetis tipografi.
Prinsip Keterbacaan Tipografi
1. Huruf kecil cenderung lebih baik tingkat keterbacaannya jika dibandingkan dengan huruf besar/kapital. Kemungkinan karena huruf kecil bentuknya jauh lebih kontras satu sama lain.
2. Huruf lurus (standar) jauh lebih mudah dibaca jika dibandingkan dengan huruf miring (italic), namun jika kata huruf miring di apit oleh huruf reguler, justru tingkat keterbacaannya meningkat.
3. Warna kontras cenderung membantu tingkat keterbacaan, namun jika terlalu kontras akan membuat mata cepat lelah. Maka dari itu kebanyakan website hari ini tidak menggunakan warna hitam murni, tetapi menggunakan abu gelap di atas putih.
4. Teks gelap di atas background terang lebih mudah dibaca dibandingkan dengan teks terang di atas background gelap.
5. Warna abu tua di atas krem adalah kombinasi warna memiliki keterbacaan paling baik sekaligus nyaman.
Prinsip Estetis Tipografi
1. Batasi penggunaan typeface dalam satu halaman/desain. Dua jenis typeface biasanya sudah cukup, satu untuk judul dan satu untuk isi.
2. Batasi penggunaan warna, satu untuk judul dan satu untuk isi.
3. Gunakan minimal tiga ukuran dan atau weight yang berbeda untuk memaksimalkan kontras dan keindahan tipografi.
4. Gunakan ukuran yang konsisten untuk setiap set teks yang berbeda.
5. Berikan letter spacing lebih untuk font berukuran kecil dan kurangi spasi letter spacing untuk font ukuran besar.
6. Pastikan line height dan jarak antar spasi berbeda jauh, terutama jika line height dibuat menjadi lebih renggang.
Tips Penggunaan Tipografi
1. Pemilihan Jenis dan Warna Font
Pemilihan font merupakan salah salah satu faktor yang akan sangat menentukan kesan dari tipografi. Oleh karena itu, usahakan untuk memilih font yang sesuai dengan tujuan dari desain yang diinginkan. Sesuaikan pula, font dengan latar belakangnya. Hal ini berkaitan dengan warna dari teks, jadi apabila latar belakang berwarna gelap, maka usahakan agar teks menggunakan warna yang terang, pun sebaliknya.
2. Menentukan Ukuran
Ukuran juga patut dipertimbangkan ketika sedang membuat suatu desain. Tentukan ukuran font sesuai dengan output yang akan dihasilkan. Misalnya untuk publikasi cetak, maka ukuran font juga usahakan yang cenderung besar. Ukuran font juga diusahakan jangan sampai terlalu kecil.
3. Pengaturan Jarak Antar Teks
Jarak antar teks atau spasi juga perlu diperhatikan agar tipografi lebih enak untuk dibaca. Usahakan agar spasi membuat tulisan lebih mudah untuk dibaca. Selain itu, berikan pula jarak teks dengan tepi dari desain agar tidak terlalu memenuhi desain utama.Tipografi adalah seni merancang, menyusun, dan mengatur tata letak huruf serta jenisnya dengan pengaturan dan penyebarannya pada ruang yang tersedia, untuk menghasilkan kesan tertentu, sehingga akan membantu pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin, baik dari segi keterbacaan maupun estetika.
Anatomi Huruf
Huruf terdiri dari banyak unsur-unsur pembentuknya. Huruf yang baik akan memiliki anatomi utuh seperti yang dijelaskan pada gambar di bawah. Berbagai unsur anatomi tersebut mengikuti prinsip fundamental untuk merancang huruf. Mempelajari anatomi huruf sangat penting jika kita hendak merancang typeface, untuk memastikan legabilitas dan keterbacaannya.
Seni merancang typeface huruf adalah keahlian yang rumit, sehingga harus dilatih dan dipelajari dengan dedikasi tinggi. Maka dari itu penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini akan dibahas pada artikel terpisah.
Type face adalah kumpulan huruf yang memiliki desain dan tampilan visual yang sama. Meskipun setiap huruf memiliki wujud yang berbeda (A-Z), dalam satu typeface semua huruf dapat memiliki kemiripan bentuk dan gaya yang serupa. Contoh macam-macam typeface adalah: Times New Roman, Arial, Verdana.
Type face adalah desain dari satu set bentuk huruf, angka, tanda baca, yang memiliki satu sifat visual yang standar dan konsisten. Sifat tersebut membentuk karakter yang tetap meski rupa dan bentuk dimodifikasi (Will Hill, 2005:24).
Kategori-kategori tersebut adalah:
1. Serif; Kategori serif memiliki sirip/ kaki/ serif yang berbentuk lancip pada ujungnya, memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya. Serif memberikan kesan: klasik, anggun ,lemah gemulai.
Serif juga dapat dikategorikan lagi dengan berbagai varian serifnya, seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah.
2. Sans Serif; Sans serif tidak memiliki kaki/serif/sirip, bertangkai tebal, sederhana dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Kesan yang dihasilkan: kokoh, kuat, kekar, stabil.
3. Script; typeface kategori Script menyerupai tulisan tangan, biasanya bergaya seperti huruf sambung. Script memberikan kesan dekoratif, keindahan dan elegan.
4. Monospace; Monospace adalah typeface yang setiap hurufnya memiliki dimensi horizontal (lebar) yang sama persis. Typeface ini bermanfaat ketika kita membutuhkan konsistensi lebih pada desain yang kita buat. Monospace menghasilkan kesan yang konsisten dan seragam.
5.Display; Kategori typeface ini dioptimasikan untuk digunakan sebagai heading atau judul suatu paragraf. Keterbacaan judul sangatlah penting, sehingga banyak perancang typeface yang mendedikasikan karyanya untuk judul. Display dapat digunakan untuk memperindah judul tanpa mengurangi keterbacaannya.
6. Lain-lain/Khas; Banyak karakteristik typeface lain yang belum dapat di kategorisasikan.
Typestyle (Gaya/Varian Huruf)
Typestyle adalah berbagai parameter yang dapat digunakan untuk memodifikasi gaya tampilan dari suatu typeface. Terdapat beberapa parameter yang dapat dieksplorasi untuk disesuaikan dengan desain yang kita rancang. Setiap pemilihan varian yang kita lakukan berpengaruh terhadap keterbacaan dan keindahan tipografi yang disusun. Maka dari itu, sesuaikan berbagai kebutuhannya dengan dampak yang ingin kita raih (elegan, formal, kasual, dll). Prinsip-prinsip seni dan desain juga dapat kita terapkan untuk menjadi salah satu panduan kebenaran agar mendapatkan tipografi yang estetis. Berikut ini adalah beberapa parameter typestyle yang dapat dimodifikasi.
1. Weight
Weight adalah tingkat ketebalan garis yang membentuk huruf. Biasanya suatu font memiliki weight yang berbeda-beda seperti: light (tipis), regular (biasa), medium (sedang) dan bold (tebal). Gunakan weight bold untuk judul dan weight biasa untuk teks isi. Atau justru sebaliknya: gunakan font tipis untuk judul, dan medium untuk teks isi. Yang perlu diperhatikan adalah kontrasnya, agar tipografi tampak lebih dinamis.
Media yang digunakan perlu menjadi perhatian juga dalam rekayasa weight typeface. Billboard yang harus terlihat dari jauh biasanya tidak dapat menggunakan font light, karena daya keterbacaannya kurang.
2. Width (Condensation)
Width adalah lebar dari huruf. Jika lebar ruang untuk tulisan pada desain yang kita buat terbatas, sebaiknya gunakan typeface dengan width yang ramping (condensed). Beberapa typeface memiliki varian font dengan lebar yang lebih ramping, misalnya typeface Open Sans memiliki varian font Open Sans Condensed.
condensed font
Jangan pernah melebarkan atau meninggikan font dengan tidak proporsional. Hal tersebut bahkan sering disebut sebagai tindakan kriminal terhadap typeface dan tipografi secara umum. Gunakan varian font yang tepat jika menginginkan font yang lebih ramping, seperti: Open Sans Condensed, Arial Condensed, dsb.
3. Angle
Terdapat dua opsi pada angle, yaitu Italic (huruf miring) atau oblique (lurus). Dalam PUEBI atau panduan umum ejaan bahasa Indonesia, huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam suatu kalimat.
Glosarium
Piktogram adalah suatu ideogram yang menyampaikan suatu makna melalui penampakan gambar yang menyerupai/meniru keadaan fisik objek yang sebenarnya. Tanda atau gambar yang termasuk piktogram disebut piktograf. Contoh suatu piktograf meliputi gambar-gambar kuno dan lukisan prasejarah yang ditemukan dalam dinding gua. Piktograf juga digunakan dalam menulis dan sistem grafis.
Ideogram (dari bahasa Yunani: ἰδέα yang berarti "ide" dan γράφω yang berarti "menulis") adalah simbol grafis yang mewakili ide daripada sekelompok huruf. Para ahli berpendapat bahwa ideogram ini telah dipakai sejak zaman purbakala di dataran eropa dan tetap menjadi bagian dari budaya manusia lebih dari 3000 tahun. Ideogram ini, dalam berbagai budaya memiliki arti yang kurang lebih sama: keabadian, kesejahteraan dan erat hubungannya dengan keseimbangan unsur hubungan ketuhanan dengan hubungan sesama (horizontal & diagonal). Dalam beberapa budaya, ideogram ini dilambangkan sebagai icon dewa matahari dan dewa petir.
Demotik (dari δημοτικά dimotika) ialah tulisan Mesir Kuno yang berasal dari hieratik bagian utara yang digunakan di Delta Sungai Nil, dan juga tahapan bahasa Mesir yang menyambung bahasa Mesir Akhir dan digantikan oleh bahasa Koptik.
Hieroglif Mesir dari bahasa Yunani ἱερογλύφος "ukiran suci", nama panjang: τὰ ἱερογλυφικά [γράμματα]) adalah sistem tulisan formal yang digunakan masyarakat Mesir kuno yang terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet. Hieroglif Mesir merupakan salah satu sistem penulisan paling tua yang dikenal manusia. Beberapa dari tulisan tersebut berasal dari tahun 3000 sebelum masehi dan telah digunakan oleh bangsa Mesir selama lebih dari 3000 tahun. Masyarakat Mesir menggunakan hieroglif kursif untuk sastra keagamaan pada papirus dan kayu. Adapula variasi formal tulisan yang lebih kecil, yang disebut hieratik dan demotik, tetapi secara teknis tulisan tersebut bukan merupakan hieroglif dari mesir.
Bagian dari Papirus Ani menunjukkan hieroglif kursif.
Jenis aksara Logogram berguna sebagai abjad berbahasa Mesir
Periode 3200 SM – 400 M
Arah penulisan Kiri ke kanan
Referensi
1. Hill, Will. (2005). The Complete Typographer: A Manual for Designing with Type. Singapura: One Publishing Private Limited.