Rabu, 17 Juli 2019

Topeng Panji dari Bobung


Topeng dalam bahasa Jawa kuno disebut ‘tapuk’, dan ‘atapukan’ atau ‘atapelan’ artinya tarian topeng. Topeng dalam bahasa Jawa tengahan disebut ‘kedok’, kata ‘kedok’ secara metaforis sering digunakan untuk mengidentifikasikan jati diri orang yang melakukan tindak penyamaran. Kata ‘kedok’ banyak diartikan untuk melakukan hal yang kurang baik, seperti kepura-puraan untuk menutupi maksud jahat dan menyembunyikan sesuatu. Kedok atau topeng mempunyai berbagai macam bentuk berdasarkan atas penggunaannya. Penggunaan topeng untuk keperluan yang sakral seperti tari, maupun pemujaan harus ada ritual tertentu. Dalam konteks ini ritual tersebut bertujuan untuk mencegah dampak negatif terhadap penarinya. Pada masa sekarang, topeng berkembang bukan hanya untuk acara tari maupun pemujaan. Topeng dapat difungsikan menjadi sebuah karya kerajinan yang berfungsi sebagai benda hias.
Cerita Panji bermula dari Kerajaan Kediri di Jawa Timur abad ke-12 zaman pemerintahan Kameswara l yang menceritakan tentang perjodohan antara anak raja dari Koripan/Kahuripan (Kediri), Raden Inu Kertapati, yang dijodohkan dengan putri Galuh Candra Kirana dari Jenggala. Namun perjodohan tersebut ternyata harus menempuh jalan yang berliku, melalui berbagai halangan dan rintangan yang amat panjang. Walaupun mereka akhirnya berjodoh pula, para pujangga pada masa lalu kemudian menciptakan berbagai ragam cerita 'carangan' (cerita carangan adalah lakon wayang yang keluar dari jalur pakem/standar kisah Mahabarata atau Ramayana. Namun, para pemeran dan tempat-tempat dalam cerita carangan itu tetap menggunakan tokoh-tokoh Wayang Purwa yang berdasarkan Mahabarata atau Ramayana seperti biasanya) yang amat banyak mengenai cerita tersebut. Pada masa dahulu cerita Panji ini kemungkinan tersebar pada zaman pemerintahan Hayam Wuruk dari Majapahit yang mempunyai wilayah yang sangat luas meliputi Nusantara bahkan sampai ke Kamboja.
Pada masa Majapahit ini pula konon mulai dibuat lukisan tentang cerita Panji ini pada selembar kain yang terkenal dengan sebutan wayang beber. Jejak terakhir dari wayang beber buatan masa lalu itu masih bisa kita lihat di Pacitan milik keluarga almarhum dalang Sarnen yang menceritakan tentang "Jaka Kembang Kuning" dan satu lagi terdapat di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Desa Karangmojo, Gunungkidul, yang diuri-uri oleh pewarisnya sampai saat ini. Wayang beber yang menceritakan tentang Panji dari Karangmojo inilah yang menjadi benang merah dengan adanya topeng Panji di daerah Gunungkidul, terutama di daerah bagian utara Gunungkidul. Dusun Bobung dan Batur secara geografis memang cukup erat dengan keberadaan wayang beber di Karangmojo.
Secara administratif Dusun Bobung adalah sebuah pedusunan yang berada di bawah pemerintah desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DIY.  Sejak tahun 2001 Pemkab Gunungkidul meresmikan dusun ini menjadi desa wisata kerajinan topeng batik kayu, lokasi yang berdekatan dengan objek wisata Gunung Nglanggeran memudahkan wisatawan melakukan kunjungan di desa ini.
Berikut ini adalah karakter-karakter topeng panji dari dusun Bobung: