Selasa, 08 Oktober 2019

Seni Kolase: Dari Modern Art hingga Kontemporer


Picasso, ‘Bottle of Vieux Marc, Glass, Guitar and Newspaper’ (1913)

Sepanjang abad ke-20, berbagai kreatifitas, medium, dan gaya dalam seni mulai mengeksplorasi praktik seni kolase. Pendekatan inventif dan inovatif untuk seni menarik seniman, karena itu satu kesatuan dari keindahan dan keunikan.
Dimulai pada periode modernis dan berlanjut ke dunia seni kontemporer, bentuk seni kolase telah mengalami serangkaian perubahan karena semakin banyak seniman memilih untuk menjelajahinya. Di sini, kita melihat sejarah mutakhir dan evolusi kerajinan yang terus berubah, dan seniman telah memberi perhatian khusus pada berbagai gerakan seni.

Apa itu Seni Kolase?
Diciptakan oleh seniman kubisme Braque dan Picasso, istilah "kolase" berasal dari kata "coller" (Bahasa Prancis), atau "to glue" (merekatkan), atau "to stick" (menempel)." Gerakan itu sendiri dimunculkan oleh sepasang seniman ini, yang mulai bekerja dengan berbagai media untuk membuat kumpulan avant-garde sekitar tahun 1910. Avant-garde (pengucapan bahasa Prancis: [avɑ̃ɡaʁd]) berarti "advance guard" atau "vanguard". Bentuk kata sifat digunakan dalam bahasa Inggris untuk merujuk kepada orang atau karya yang eksperimental atau inovatif, terutama penghormatan kepada seni, budaya, dan sosial masyarakat. Avant-garde menunjukkan perlawanan terhadap batas-batas apa yang diterima sebagai norma dalam suatu kebudayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Avant-Garde berarti: Garda depan, kelompok seniman yang karyanya membawa pembaharuan, eksperimental, dan inovatif.
Kolase dapat dibuat dari berbagai bahan, meskipun sebagian besar terbuat dari kertas atau kayu dan sering menampilkan foto cut-and-paste (potong dan tempel), bentuk lukisan, atau bahkan benda 3 dimensi. Semakin banyak seniman modern mulai mengeksplorasi praktik ini sepanjang abad ke-20, medium ini menjadi semakin bervariasi dan semakin eksperimental.

Gerakan Seni yang memiliki keterkaitan dengan Seni Kolase

KUBISME
Kubisme adalah sebuah gerakan seni yang paling sering dikaitkan dengan lukisan. Tokoh pendirinya, Georges Braque dan Pablo Picasso, juga membuat kolase dengan gaya ini. Didefinisikan oleh bentuk-bentuk yang retak dan subyek yang didekonstruksi, Kubisme berpasangan sempurna dengan pendekatan kolase, karena memungkinkan para seniman untuk secara harfiah menyatukan gambar dari komponen-komponen yang berbeda. Selain itu, tidak seperti lukisan, kolase tidak berisiko tampak datar. Fakta ini, menurut kritikus seni ternama Clement Greenberg, sangat menarik bagi para seniman seperti Picasso dan Braque, yang berfokus pada membangkitkan dimensi dalam karya mereka. "Kerataan (datar) tidak hanya menyerang tetapi juga mengancam untuk membanjiri gambar Kubisme," menurut Greenberg. http://www.sharecom.ca/greenberg/collage.html
Selain potongan lukisan, kertas koran dan kertas bermotif sering digunakan oleh Kubis, seperti yang dibuktikan dalam Bottle of Vieux Marc Picasso, Glass, Guitar dan Newspaper serta Violin and Pipe Braque.

 Georges Braque, ‘Violin and Pipe’ (1913)
DADAISME
Terinspirasi oleh karya Picasso dan Braque yang mutakhir, seniman kaum Dadais juga mulai bereksperimen dengan kolase di tahun 1920-an. Tidak seperti kubus yang menyukai pengaturan still-life (diam-hidup), kaum Dadais menciptakan kolase yang menggabungkan beragam ikonografi, dari potret ulang ditafsirkan hingga tokoh-tokoh yang berakar dalam fantasi.
Dadais juga secara kreatif memasukkan lebih banyak bahan ke dalam kolase mereka daripada rekan-rekan Kubis mereka. Anggota gerakan ini sangat terkenal karena penggunaan barang-barang yang tampaknya tidak berharga atau sering diabaikan seperti tiket, kliping majalah, bungkus permen, dan bahkan pernak-pernik 3 dimensi. Dengan mengubah ephemera menjadi karya yang dipoles, kaum Dadais menantang persepsi tradisional tentang seni.

 Francis Picabia, ‘Tableau Rastadada’ (1920)
Kurt Schwitters, Merz Picture 46 A. The Skittle Picture (1921)

Hannah Höch, ‘Flight’ (1931)
SURREALISME
Diilhami oleh gerakan Dadaisme, para surealis mengadopsi dan mengadaptasi teknik cut-and-paste ini. Sama seperti pendekatan "otomatis" mereka dalam melukis, para seniman ini mengandalkan alam bawah sadar untuk menghasilkan kumpulan unik yang terbuat dari foto, ilustrasi, kertas berwarna, dan cat.
Meninggalkan fokus Cubists pada still-life, mereka bekerjasama dan memperluas gerakan Dadais menuju subjek yang aneh untuk menciptakan karya yang menggugah mimpi. Fokus ini sangat jelas dalam karya Joseph Cornell dan André Breton, yang keduanya menggunakan metode ini sebagai sarana untuk menyulap adegan kohesif namun sepenuhnya dibuat-buat.
Joseph Cornell, ‘Untitled (Celestial Fantasy with Tamara Toumanova)’ (1940)

André Breton, ‘Egg in the church or The Snake’ (Date Unknown)

ABSTRAK EKSPRESIONISME
Seperti seniman modern awal yang mendahuluinya, Abstrak Ekspresionis menantang gagasan konvensional tentang seni. Untuk mengambil sikap avant-garde ini selangkah lebih maju, mereka menolak materi pelajaran figuratif dan bekerja sepenuhnya secara abstrak.
Namun, pendekatan ini tidak terbatas pada tetesan, bidang warna, dan teknik "soak stain" yang lebih terkenal; itu juga terlihat dalam kolase mereka.Seperti lukisan mereka, kolase Abstrak Ekspresionis menampilkan penekanan pada warna, komposisi, dan emosi. Melalui siluet yang disederhanakan, balok-balok warna yang terpotong dan terpaku, dan garis-garis yang melayang bebas, para seniman menambahkan lapisan-lapisan dimensi (literal) ke estetika mereka yang sudah terkenal.
Robert Motherwell, ‘View from a High Tower’ (1944-1945)

Ad Reinhardt, ‘Untitled’ (1939)

Ad Reinhardt, ‘Untitled’ (1939)

POP ART
Pada tahun 1956, seniman Inggris Richard Hamilton mengantarkan gerakan Pop Art dengan kolase yang memikat, menampilkan kliping yang dipilih dengan cermat dari majalah Amerika. Karya ini menggabungkan beberapa motif kontemporer yang berhubungan dengan budaya pop, termasuk “Pria, Wanita, Makanan, Sejarah, Surat Kabar, Bioskop, Peralatan Rumah Tangga, Mobil, Luar Angkasa, Komik, TV, Telepon, Informasi. ”
Selain mengatur adegan untuk Pop Art dalam hal subjek, karya ini juga menginspirasi anggota gerakan seni lainnya untuk menjelajahi seni kolase.
Rosalyn Drexler, ‘The Dream’ (1963)

Martha Rosler, ‘Vacuuming Pop Art’ (1966-1972)

Pendekatan Kontemporer
Saat ini, banyak seniman mempertahankan tradisi kolase. Sementara banyak yang terus membangun komposisi rakitan mereka dengan tangan, beberapa menggunakan alat digital untuk membuatnya. Di sini, kita melihat pilihan kolase kontemporer yang menggambarkan berbagai metode kerajinan kolase modern.




Jumat, 20 September 2019

Gerakan Seni: Light and Space


Untitled from the loops series,1969 (Craig Kauffman)

Light and Space menunjukkan gerakan seni yang terafiliasi dan memiliki keterkaitan dengan gerakan seni op art, minimalisme dan abstraksi geometris yang berasal dari California Selatan pada 1960-an dan dipengaruhi oleh John McLaughlin. Secara teknis, karya-karya mereka memfokuskan pada fenomena persepsi, seperti cahaya, volume dan skala, dan penggunaan bahan-bahan seperti kaca, neon, lampu neon, resin dan akrilik cor, seringkali karya mereka disajikan dalam bentuk suatu instalasi. Baik dengan mengarahkan aliran cahaya alami, menanamkan cahaya buatan ke dalam benda atau arsitektur, atau bermain-main dengan cahaya melalui penggunaan bahan transparan, tembus cahaya atau reflektif. Seniman Light and Space memberikan pengalaman estetis kepada penonton akan cahaya dan fenomena sensorik lainnya dalam kondisi tertentu melalui karya mereka. Mereka menggabungkan ke dalam karya mereka teknologi terbaru dari industri rekayasa dan kedirgantaraan yang berbasis di California Selatan untuk mengembangkan objek yang sensual dan dipenuhi cahaya. Turrell, yang telah menyebarkan gerakan ini ke seluruh dunia, menyimpulkan filosofinya dengan mengatakan, "Kita makan cahaya, meminumnya melalui kulit kita."
Craig Kauffman (31 Maret 1932 - 9 Mei 2010) adalah seorang seniman Amerika yang terkait dengan Light and Space, sebuah gerakan yang berasal dari Minimalisme yang dicirikan oleh fokus pada fenomena persepsi, seperti cahaya, volume dan skala. Lukisan dan patung relief dinding abstrak Kauffman termasuk dalam lebih dari 20 koleksi museum, termasuk Museum Seni Modern, Museum Seni Amerika Whitney, Tate Modern, Museum Seni Modern Louisiana, Institut Seni Modern Louisiana, Institut Seni Chicago, Los Angeles Museum Seni County, Museum Seni Seattle, dan Museum Seni Kontemporer, Los Angeles.

Karakteristik karya tercermin dalam judul sebuah pameran di UCLA yang memperkenalkan gerakan ini pada tahun 1971: "Transparansi, Refleksi, Cahaya, Ruang: Empat Seniman". Acara ini menghadirkan karya Peter Alexander, Larry Bell, Robert Irwin, dan Craig Kauffman. Artis lain yang terkait dengan gerakan ini adalah Ron Cooper, Mary Corse, John McCracken, Bruce Nauman, Maria Nordman, Eric Orr, Helen Pashgian, James Turrell, DeWain Valentine, dan Doug Wheeler. Sekelompok seniman teori warna abstrak yang terkenal dipengaruhi oleh Gerakan Cahaya dan Luar Angkasa, terutama: Frederick Spratt, Phil Sims, Anne Appleby, dan David Simpson. Seniman kontemporer terkemuka yang berlatih dalam Gerakan Light and Space termasuk Olafur Eliasson, Ann Veronica Janssens, Jennifer Steinkamp, Gisela Colon, Sophia Collier dan Todd Williamson.
 Untitled,1969 (Craig Kauffman)

Opal, 1966 (Norman Zammitt)

 Solid construction laminated,1966 (Norman Zammitt)

 scrim veil black rectangle natural light whitney, 1977 (Robert Irwin)

Untitled, 1971 (Robert Irwin)

Who's afraid of red yellow blue, 2006 (Robert Irwin)

                                      
                                          Houdin's house 1967 (Tony DeLap) 

Tenkai, 1965 (Tony DeLap) 

Minggu, 15 September 2019

Senitorium X: Still Life


Senitorium X adalah sebuah kelompok seni rupa yang berasal dari kota Malang, terbentuk pada tahun 2005 dengan anggota yaitu: Yoyok Siswoyo (Sahaja), Tamtama Anoraga (Tomy), Sur Yanto, David Sugiarto, Jamaluddin NS, dan Koko Sujatmiko.
Malam ini, Sabtu Pahing 14 September 2019 mereka berkumpul kembali dalam sebuah even pameran kelompok mereka di galeri Raos kota Batu. Even ini juga masih suatu rangkaian kegiatan September Art Month 2019. Berangkat dari catatan kuratorial yang ditulis oleh Lik Budi, konsep seni dan keindahan sejak didefinisikan oleh Plato (428-348 SM) hingga saat ini selalu memiliki keberbedaan pandangan serta tujuan. Keberbedaan itu seringkali menjadi pertentangan antara pandangan yang satu dengan yang lainnya. Ambil saja contoh konsep keindahan yang dikumandangkan oleh Johann Wolfgang von Goethe (1749-1832) l’art por l’art (seni untuk seni itu sendiri) yang mengutamakan pentingnya emosi pribadi si pencipta karya seni sangat bertolak belakang dengan konsep keindahan yang dikumandangkan oleh Auguste Comte (1798-1857) dengan menyatakan bahwa pengalaman keindahan dan segala aspek seni tidak boleh hanya difokuskan pada dirinya sendiri, seni harus lahir dari masyarakat untuk masyarakat. Pandangan yang demikian diteruskan oleh Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895), bahwa seni merupakan suatu alat untuk mempengaruhi pikiran masyarakat. Keberbedaan pandangan yang tak jarang saling bertentangan inilah yang membuat seni dan keindahan senantiasa hidup, karena sejatinya rahasia kehidupan ini adalah karena adanya perbedaan atau pertentangan sebagaimana konsep air-api, bahagia-menderita, kaya-miskin, besar-kecil, benar-salah, baik-buruk, dan sebagainya. Semuanya itu ada dalam kehidupan, dan tak salah jika kelompok Senitorium X memberi tajuk pameran ini yaitu Still Life (dalam catatan kuratorial ditulis Still Alive).